DAMASKUS (Arrahmah.com) – Kedutaan Besar Libya di Damaskus kembali dibuka kemarin (3/3/2020) setelah delapan tahun ditutup, menurut laporan kantor berita rezim Asad, SANA.
Upacara pembukaan kembali diadakan oleh delegasi pemerintah yang berbasis di Tobruk yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Khalifa Haftar serta delegasi rezim Asad.
Pada Ahad (29/2), rezim Asad dan pejabat dari pemerintah Haftar menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membuka misi diplomatik di masing-masing negara dan untuk mengkoordinasikan sikap di forum internasional, terutama terhadap agresi Turki.
Seperti dilaporkan oleh Russia Today, MoU ditandatangani pada pertemuan antara Menteri Luar Negeri rezim Suriah, Walid Al-Maalem dan delegasi Libya dari pemerintahan Haftar yang diketuai oleh Wakil Perdana Menteri Libya Abdel Rahman Al-Ahiresh dan Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Abdul-Hadi Al-Hawaij.
Hubungan diplomatik antara Suriah dan Libya terputus pada 2012 setelah pasukan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh Moammar Qaddafi, penguasa Libya yang berkuasa selama beberapa dekade.
Libya tidak memiliki otoritas pusat yang stabil sejak Qaddafi digulingkan dan saat ini memiliki dua pemerintah saingan, Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB dan Angkatan Darat Nasional Libya (LNA) yang berdiri sendiri, yang dipimpin oleh Haftar.
Tahun lalu Turki menandatangani nota kesepahaman dengan GNA dan mengirim pasukan ke Libya untuk membantu memerangi LNA. Saat ini, negara tersebut juga terlibat dalam perang di Suriah dan menampung lebih dari 3,7 juta pengungsi asal Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)