(Arrahmah.com) – Persoalan riba, kadang sebagian Muslim masih belum mengetahui hukumnya, sehingga masih banyak yang melakukan praktik riba.
Berikut pembahasan hadist-hadist terkait riba:
Hadits-Hadits Sahih
- Merusak Kehormatan Seorang Muslim Tanpa Hak Juga Termasuk Riba
عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الِاسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ وَإِنَّ هَذِهِ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ قَطَعَهَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Dari Sa’id bin Zaid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya riba yang paling buruk adalah merusak kehormatan seorang muslim tanpa hak, dan sesungguhnya rahim dijalinkan oleh Ar Rahman, barangsiapa yang memutuskannya niscaya Allah mengharamkan baginya syurga.” (Ahmad, bab Musnad Said bin Zaid, no 1564)
Al-Bani mengatakan hadits tersebut sahih[1]
- Azab Riba Selain Di Akhirat Juga Di Dunia
مَا ظَهَرَ فِي قَوْمٍ الرِّبَا وَالزِّنَا إِلَّا أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عِقَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Tidaklah nampak pada suatu kaum riba dan perzinaan melainkan mereka telah menghalalkan bagi mereka mendapatkan siksa Allah Azza wa Jalla. (Ahmad, Musnad Ibn Masu’d, no 3168)
Al-Bani dalam Sahih Jami al-Shagir mengatakan bahwa hadits tersebut hasan[2]
Selain diriwayatkan oleh Ahmad, hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Al-Haitsami mengatakan bahwa riwayat Abu Ya’la tersebut sanadnya sangat baik.[3]
- Laknat Atas Pemakan, Wakil, Saksi Dan Penulis Riba
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سِمَاكٌ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا، وَمُؤْكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Simak, telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang makan riba, orang yang memberi makan riba, saksinya dan penulisnya.(HR. Abu Dawud)
Dalam sunan Abu Dawud yang ditahqiq (diteliti) oleh Syu’aib Arnaut, dkk. bahwa hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibn Majah, al-Tirmidzi, dan Ibn Hiban. Pentahqiq kitab tersebut mengatakan sanadnya hasan.[4]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
dari Jabir dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Dia berkata, “Mereka semua sama.” (HR. Muslim)
- Riba Termasuk Dosa Besar
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu’min yang suci berbuat zina”. (Bukhari, Bab Ramyul Muhsanat, No. 6351)
- Riba Menghancurkan Ekonomi
عنْ ابْنِ مَسْعُودٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنْ الرِّبَا إِلَّا كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ
Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah seseorang yang memperbanyak riba, melainkan akhir perkaranya akan merugi (Ibn Majah, bab Taglidh fir riba, no 2270).
Menurut Abu al-Abbas al-Bushari bahwa hadits tersebut sanadnya sahih, selain diriwayatkan oleh Ibn Majah juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Hakim[5]. Al-Bani mengatakan haditsnya sahih[6]
- Azab Riba Di Akherat
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخْرَجَانِي إِلَى أَرْضٍ مُقَدَّسَةٍ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ وَعَلَى وَسَطِ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ الَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُ الرِّبَا
Dari Samrah bin Jundub radliallahu ‘anhu berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu malam aku bermimpi dua orang menemuiku lalu keduanya membawa aku keluar menuju tanah suci. Kemudian kami berangkat hingga tiba di suatu sungai yang airnya dari darah. Disana ada seorang yang berdiri di tengah sungai dan satu orang lagi berada (di tepinya) memegang batu. Maka laki-laki yang berada di tengah sungai menghampirinya dan setiap kali dia hendak keluar dari sungai maka laki-laki yang memegang batu melemparnya dengan batu kearah mulutnya hingga dia kembali ke tempatnya semula di tengah sungai dan terjadilah seterusnya yang setiap dia hendak keluar dari sungai, akan dilempar dengan batu sehingga kembali ke tempatnya semula. Aku bertanya: “Apa maksudnya ini?” Maka orang yang aku lihat dalam mimpiku itu berkata: “Orang yang kamu lihat dalam sungai adalah pemakan riba’”. (Bukhari, bab akilur riba wa syahidaih wa katibaih, no 1943)
- Haramnya Menghalalkan Riba
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَقَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَيَبِيتَنَّ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى أَشَرٍ وَبَطَرٍ وَلَعِبٍ وَلَهْوٍ فَيُصْبِحُوا قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ بِاسْتِحْلَالِهِمْ الْمَحَارِمَ وَالْقَيْنَاتِ وَشُرْبِهِمْ الْخَمْرَ وَأَكْلِهِمْ الرِّبَا وَلُبْسِهِمْ الْحَرِيرَ
Dari Ibnu ‘Abbas dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Demi jiwa yang Muhammad berada ditanganNya, sungguh beberapa orang dari ummatku bermalam dengan bersuka ria, menyalahgunakan nikmat dan bermain-main, di pagi harinya mereka menjadi kera dan babi karena mereka menghalalkan yang haram, nyanyian, minum khamer, makan riba dan mengenakan sutera.” (Ahmad, bab Musnad Ibn Abbas, 21725 )
Al-Bani dalam silsilah mengatakan bagi hadits ini ada syawahid yang saling menguatkan maka haditsnya hasan[7]
- Riba Itu Bukan Hanya Pada Utang Piutang
عنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: “الرِّبَا ثَلَاثَةٌ وَسَبْعُونَ بَابًا
dari Abdullah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu.”(Ibn Majah)
al-Bushairi mengatakan sanadnya sahih[8]. al-Bani dalam sahih jami al-shagir mengatakan haditsnya sahih[9]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Riba itu mempunyai tujuh puluh tingkatan, yang paling ringan adalah seperti seseorang yang berzina dengan ibunya.” (HR Ibn Majah, Bab Taghlid Fir riba, no 2265)
Menurut al-Bushairi hadits ini dhaif[10]. Dalam sunan Ibn Majah yang ditahqiq oleh Syuaib Arnaut, dkk. dikatakan hadits ini dhaif[11]. Sedangkan al-Bani dalam sahih al-jami al-shagir mengatakan sahih[12]
- Riba lebih buruk dari 36 kali zina
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَنْظَلَةَ غَسِيلِ الْمَلَائِكَةِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِرْهَمٌ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةٍ وَثَلَاثِينَ زَنْيَةً
dari ‘Abdullah bin Hanzhalah, yang dimandikan oleh para malaikat, ia berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Satu dirham hasil riba yang dimakan seseorang sementara ia mengetahuinya, itu lebih buruk dari tigapuluh kali berzina.” (HR. Ahmad)
al-Haitsami mengatakan hadits tersebut diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Thabrani dan perawi Ahmad adalah perawi sahih.[13] Menurut al-Bani hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Daraqutni dan Ibn Syakir beliau mengatakan haditsnya sahih[14].
Hadits-hadits dhaif tentang riba
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَأْكُلُونَ فِيهِ الرِّبَا قَالَ قِيلَ لَهُ النَّاسُ كُلُّهُمْ قَالَ مَنْ لَمْ يَأْكُلْهُ مِنْهُمْ نَالَهُ مِنْ غُبَارِهِ
Dari Abu Hurairah. dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu masa di mana saat itu mereka akan memakan riba, ” Abu Hurairah berkata; maka timbullah pertanyaan kepada beliau; “Apakah semua manusia melakukannya?” Beliau menjawab: “Yang tidak makan di antara mereka akan mendapatkan debunya.(Ahmad, Abu dawud, Nasai dan Ibn Majah)
Dalam sunan Ibn Majah yang ditahqiq oleh Syuaib Arnaut, dkk. bahwa hadits tersebut sanadnya lemah[15]. Al-Bani mengatakan bahwa hadits tersebut dhaif[16]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي لَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَنَظَرْتُ فَوْقَ قَالَ عَفَّانُ فَوْقِي فَإِذَا أَنَا بِرَعْدٍ وَبَرْقٍ وَصَوَاعِقَ قَالَ فَأَتَيْتُ عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ قُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا فَلَمَّا نَزَلْتُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا نَظَرْتُ أَسْفَلَ مِنِّي فَإِذَا أَنَا بِرَهْجٍ وَدُخَانٍ وَأَصْوَاتٍ فَقُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذِهِ الشَّيَاطِينُ يَحُومُونَ عَلَى أَعْيُنِ بَنِي آدَمَ أَنْ لَا يَتَفَكَّرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَوْلَا ذَلِكَ لَرَأَوْا الْعَجَائِبَ
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Bersabda: “Pada malam aku diisra`kan, ketika aku sampai di langit yang ke tujuh aku melihat ke atas, -‘Affan menyebutkan; “ke atasku, – dan ternyata aku sedang berada di antara guruh dan kilatan petir, ” beliau bersabda: “Lalu aku mendatangi suatu kaum yang perut mereka seperti sarang ular sehingga bisa dilihat dari luar perutnya, aku berkata; ‘Siapa mereka wahai Jibril? ‘ Jibril berkata; ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan riba.’ Dan ketika aku turun ke langit dunia, aku melihat di bawahku dan ternyata aku berada di antara debu, asap dan suara, maka aku berkata; ‘Apa ini wahai Jibril? ‘ Jibril berkata; ‘Ini adalah setan-setan yang menghalangi pandangan mata anak cucu Adam sehingga mereka tidak bisa memikirkan tentang kerajaan langit dan bumi, sekiranya bukan karena itu sungguh mereka akan menyaksikan keajaiban-keajaiban.’” (Ahmad, Musnad Abu Hurairah, no 8286)
Al-haitsami mengtakan hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Ahmad pada sanadnya ada Ali bin Zaid kebanyakan menganggap ia lemah.[17] Al-Bani dalam Dhaif Jami al-Shagir mendaifkannya[18] dalam Musnad Ahmad yang di tahqiq oleh Syu’ab Arnaut. dkk. haditsnya dikatakan dhaif[19]
عنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ قَوْمٍ يَظْهَرُ فِيهِمْ الرِّبَا إِلَّا أُخِذُوا بِالسَّنَةِ وَمَا مِنْ قَوْمٍ يَظْهَرُ فِيهِمْ الرُّشَا إِلَّا أُخِذُوا بِالرُّعْبِ
Dari Amru bin Ash ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah riba merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpa paceklik. Dan tidaklah budaya suap merajalela pada suatu kaum kecuali akan ditimpakan kepada mereka ketakutan.” (Ahmad, Musnad Amer bin Ash, 17155)
Al- Bani dalam silsilah ahadits dhaifah mengatakah hadits ini dhaif[20] dalam musnad ahmad yang di tahqiq oleh Syu’ab Arnaut. dkk. haditsnya dikatakan dhaif[21]
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الزَّاهِدُ، ثنا أَبُو إِسْمَاعِيلَ السُّلَمِيُّ، ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأُوَيْسِيُّ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ خُثَيْمِ بْنِ عِرَاكِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَرْبَعَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُدْخِلَهُمُ الْجَنَّةَ وَلَا يُذِيقَهُمْ نَعِيمَهَا: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَآكِلُ الرِّبَا، وَآكِلُ مَالِ الْيَتِيمِ بِغَيْرِ حَقٍّ، وَالْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ وَقَدِ اتَّفَقَا عَلَى خُثَيْمٍ» التعليق – من تلخيص الذهبي- 2260 – إبراهيم بن خثيم بن عراك بن مالك قال النسائي متروك
Dari Abu Hurairah ia berkata : telah bersabda Rasulllah saw: empat orang hak atas Allah bahwa ia tidak akan memasukan mereka kesurga dan tidak akan merasakan nikmatnya, 1. Peminum khomer 2. Pemakan riba 3. Pemakan harta yatim tanpa hak 4. Dan yang durhaka pada kedua orang tua. (Hakim, al-Mustadrak ala sahihain, jil. 2 hlm. 43, no 260 menurutnya sanadnya sahih, sedangkan ad-Dzahabi mengatakan bahwa Khutsaim bin Arak menurut imam Nasai adalah matruk (ditinggalkan).
Al-Bani dalam Dhaif Jami al-Shagir melemahkan hadits ini[22]
Kesimpulan.
Riba termasuk dosa besar, bahaya dan dosanya ditimpakan bukan hanya dia akherat tapi juga di dunia, riba menghancurkan ekonomi, masyarakat bahkan negara.
[1] Al-Haitsami, Majma Al-Zawaid Wa Manba’a Al-Fawaid,(Kairo: Maktabah al-Qudsi,1994, Jil. 1), hlm. 439
[2] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, (Beirut: al-Maktab al-Islami, Jil.2), hlm. 985
[3] Al-Haitsami, Majma Al-Zawaid Wa Manba’a Al-Fawaid,(Kairo: Maktabah al-Qudsi,1994, Jil. 4), hlm. 118
[4] Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Dar al-Risalah, 2009, Jil. 5), hlm. 222
[5] Abu al-Abbas al-Bushairi, Misbah al-Zujah, (Beirut: Dar al-arabiyyah, 1403, Jil. 3), hlm. 53
[6] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, (Beirut: al-Maktab al-Islami, Jil.2), hlm.968
[7] Muhammad Nasiruddin al-Bani, Silsilat al-Ahadits al-Sahihah, (Riyad: Maktabah al-Maarif, 1996, Jil. 4), hlm. 173
[8] Abu al-Abbas al-Bushairi, Misbah al-Zujah, (Beirut: Dar al-arabiyyah, 1403, Jil. 3), hlm. 34
[9] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, Jil. 1hlm. 663
[10] Abu al-Abbas al-Bushairi, Misbah al-Zujah, (Beirut: Dar al-arabiyyah, 1403, Jil. 3), hlm. 34
[11]Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Riyadh: Dar al-Risalah, 2009, Jil. 3), hlm. 337
[12]Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, jil. 1hlm. 664
[13] Al-Haitsami, Majma Al-Zawaid Wa Manba’a Al-Fawaid,(Kairo: Maktabah al-Qudsi,1994, Jil. 4), hlm 117
[14] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Misykah al-Mashabih, Jil. 1 hlm. 127. 1/636
[15]Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Riyadh: Dar al-Risalah, 2009, Jil. 3), hlm 381
[16] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Misykah al-Mashabih,(Beirut: al-Maktab al-Islami, 1985, Jil 2) hlm. 857
[17]Muhammad Nasiruddin al-Bani, Dhaif Jami al-Shagir, (Beirut: Maktab al-Islami, TT, Jil. 4) hlm. 117
[18] Muhammad Nashiruddin al-Bani, Sahih al-Jami al-Shagir, Jil 1. hlm. 21
[19] Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal (Riyadh: Muassasah ar-Risalah, 2001, Jil. 14), hlm . 286
[20] Muhammad Nasiruddin al-Bani, Silsilah Ahadits al-Dhaifah, (Riyadh: Dar al-Ma’arif, 1992, jil. 3), hlm. 382
[21] Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jil. 29, hlm. 356
[22]Muhammad Nasiruddin al-Bani, Dhaif Jami al-Shagir, (Beirut: Maktab al-Islami, TT, Jil. 1) hlm. 107
Oleh: A. Hendang, M.E.I
Sumber: koneksi-indonesia.org
(*/arrahmah.com)