Oleh Al Ustadz Muhammad Thalib
(Arrahmah.com) – Niat dan motivasi amal sangatlah penting. Perbuatan manusia terdiri dari niat di dalam hati, ucapan, dan tindakan. Diterima atau ditolak-Nya suatu amal ditentukan oleh niat. Bila niatnya baik maka baik pula nilai amalnya, dan bila niatnya jelek maka nilai amalnya pun menjadi jelek.
Ibarat kata, di dunia ini banyak ditemukan pasar, tempat orang mengais kesuksesan di dunia. Ada pula pasar-pasar akhirat, tempat menaburkan benih-benih pahala. Apabila seseorang berbuat baik dengan niat untuk meraih keuntungan dunia semata, maka amalnya hanyalah sia-sia belaka. Karenanya tidak layak bila kesibukan mewujudkan sukses di dunia, melalaikan Anda dari akhirat.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ .
“Aku sedikitpun tidak membutuhkan sesuatu menjadi sekutu-Ku, siapa saja melakukan amal kebaikan, lalu dalam hatinya ada keinginan untuk mencari sesuatu selain dari keridhaan-Ku, maka dia akan Aku tinggalkan, begitu juga perbuatan baik yang dilakukannya itu.” [HR. Muslim]
Hadits ini menjelaskan bahwa tidak setiap orang yang melakukan perbuatan baik atau amal shalih dengan sendirinya mendapatkan keridhaan Allah. Amal shalih yang diridhai oleh Allah dengan syarat, pelakunya benar-benar melakukannya ikhlas karena Allah. Bebas dari keinginan mendapatkan kesenangan duniawi, seperti harta, jabatan, ujian, wanita dan lain-lain.
Di antara tanda seseorang yang tidak ikhlas dalam beramal. Apabila seseorang yang melakukan amal shalih, kemudian berputus asa atau kecewa meneruskan amal shalihnya disebabkan harapannya belum terpenuhi, maka yang bersangkutan sebenarnya dalam berbuat kebajikan tidak seratus persen mencari keridhaan Allah. Akan tetapi, ada keinginan-keinginan tersembunyi yang bersifat duniawi. Misalnya, keinginan untuk segera menikmati hasil dari amal shalihnya itu di dunia sekarang.
Akibat dari niatnya yang tidak lurus ini, maka Allah akan campakkan yang bersangkutan ke dalam nasib buruk di dunia maupun di akhirat. Nasib buruk di dunia dapat berupa rasa putus asa meneruskan amal shalihnya, lalu tidak segan-segan menceburkan diri dalam kemaksiatan dan perbuatan durhaka pada Allah. Sedangkan kelak di akhirat, dia akan mendapatkan adzab lebih berat dalam neraka.
Sebaliknya sekecil apapun amal shalih yang dilakukan, bila diniatkan untuk meraih keridhaan Allah, niscaya tidak akan menghalangi pahala mengalir ke lembaran-lembaran amalnya. Sehingga, indahnya dunia dapat dinikmati dan pahala akhirat pun terus mengalir tiada henti. Subhanallah.
Oleh karena itu, bagi setiap muslim tidak boleh lalai dalam meluruskan niatnya. Wajib memahami adanya syarat ikhlas dalam melakukan amal shalih, supaya kita tidak dicampakkan oleh Allah di dunia maupun di akhirat kelak.
Wallahu’alam bish shawab…
———————–
Makalah ini dikutip ulang dari Majalah Risalah Mujahidin edisi 31.
Sumber: http://risalahmujahidin.com/al-hadits-berbuat-baik-demi-keuntungan-dunia/
(*/arrahmah.com)