RIYADH (Arrahmah.com) – Ratusan akun media sosial dilaporkan terkait dengan ISIS telah ditutup – bukan oleh badan-badan intelijen- tetapi oleh hacker, klaim Anonymous, sebagaimana dilaporkan Al-Arabiya, Rabu (11/2/2015).
Dalam video yang dirilis Jumat lalu (6/2) di YouTube, kelompok Hacktivist Anonymous mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap akun-akun Twitter dan halaman Facebook yang berafiliasi dengan kelompok yang disebut “teroris” itu.
Hampir 800 akun Twitter, 12 halaman Facebook, dan lebih dari 50 alamat e-mail telah dinonaktifkan, menurut kelompok tersebut. Kelompok ini mendaftar URL-URL secara penuh, halaman Facebook dan Twitter yang diduga berat sebagai pendukung ISIS. Selain itu, mereka bahkan mematikan akun para perekrutnya, menurut sebuah posting di Pastebin, situs yang digunakan oleh hacker untuk mengumumkan aksi hack mereka.
“Kami adalah Muslim, Kristen, Yahudi, kami hacker, cracker, hacktivists, phisher, agen, mata-mata, atau hanya orang dari sebelah (Anda),” kata suara dalam video tersebut.
“Kami datang dari semua ras, negara, agama dan etnis – bersatu menjadi satu – terbagi (hanya) oleh nol.”
“Ingat, para teroris yang menyebut diri mereka negara Islam, ISIS, (kalian) bukan Muslim,” narator melanjutkan.
ISIS, yang saat ini memegang sepertiga dari Irak dan sepertiga dari Suriah, telah dikenal untuk merekrut pejuang relawan melalui jaringan media sosial.
Tapi Anonymous menekankan bahwa itu bertujuan untuk menonaktifkan kehadiran ISIS secara online.
“Kami akan memburu Anda, menurunkan situs Anda, akun-akun, email, dan ekspos Anda … Mulai sekarang, tidak ada tempat yang aman untuk Anda secara online … Anda akan diperlakukan seperti virus, dan kamilah obatnya.”
Narasi berakhir dengan penutup: “ISIS kamilah Anonymous, kami sangat banyak, kami tidak mengampuni, kami tidak lupa, harapkanlah (aksi) kami (selanjutnya).”
Serangan ini merupakan kelanjutan dari apa yang disebut sebagai kelompok “Operasi ISIS”. Sebelumnya Anonymous telah “menyatakan perang” di website ekstremis yang berafiliasi dengan ISIS bulan lalu, tak lama setelah serangan Charlie Hebdo di Paris. (adibahasan/arrahmah.com)