WASHINGTON (Arrahmah.com) – FBI menyelidiki aktivitas geng internet Rusia dengan tuduhan mencuri puluhan juta dolar dari bank di AS. Akibat aksi itu satu rekening terkuras lebih dari Rp 9,6 miliar.
Para hacker yang dikenal sebagai Jaringan Bisnis Rusia itu selama dua tahun tidak melakukan aktifitas dalam mendalangi serangkaian kejahatan, termasuk pencurian identitas, penipuan, spam dan pornografi anak.
Tapi geng tersebut kembali beraksi, menurut laporan The Wall Street Journal yang menunjukkan bahwa Citigroup merupakan fokus investigasi federal AS terkait dengan kelompok Rusia itu.
Koran itu menyatakan bahwa serangan diyakini telah didukung oleh jaringan uang dalam jumlah besar, telah menargetkan sistem komputer Citigroup.
Laporan serangan dunia maya datang bersamaan dengan pengangkatan kepala keamanan dunia maya Gedung Putih bernama Howard Schmidt.
Schmidt yang memiliki peran yang sama selama beberapa tahun di bawah pemerintahan George Bush akan mengkoordinasi pemerintah AS, militer dan intelijen dalam upaya mengusir hacker.
Ada serangkaian laporan tentang serangan hacking terhadap pemerintah Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir, serta pencurian lebih dari US$ 9 juta (Rp 86,4 miliar) dari sistem milik Royal Bank of Scotland.
Citigroup yang merupakan perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia, menolak kabar bahwa FBI sedang menyelidiki sebuah insiden di bank itu dan menyangkal bahwa sejumlah proporsi serangan dunia maya telah terjadi.
“Kami tidak melanggar sistem dan tidak ada kerugian, tidak ada kerugian pelanggan, tidak ada kerugian bank,” kata direktur jasa keamanan dan investigasi Citigroup Joe Petro.
“Setiap tuduhan bahwa FBI mengerjakan sebuah kasus di Citigroup yang melibatkan puluhan juta kerugian adalah tidak benar.”
Sebaliknya, seorang Juru Bicara Citigroup mengatakan, perusahaan menyadari satu akun rekening pelanggan yang terkuras lebih dari US$ 1 juta (Rp 9,6 miliar) akibat hacking.
Sifat alami penyerangan masih diperdebatkan, tetapi laporan menandai adanya sinyal signifikan dari salah satu kelompok kejahatan internet paling berpengaruh. Organisasi tersebut sempat menghilang dari publik pada tahun 2007, setelah pindah operasi dari St Petersburg ke China.
Perpindahan itu telah meninggalkan tanda tanya apakah grup itu telah bubar, tetapi para pakar yang paham masalah dengan kegiatan jaringan menyarankan bahwa pengaruh grup tersebut terhadap kejahatan terorganisir masih kuat.
“Semua tanda-tanda menunjukkan peningkatan dramatis kejahatan dunia maya,” kata Pakar Keamanan Komputer San Jose Anton Chuvakin.
Itu bukan yang pertama kalinya bahwa Citigroup atau pelanggan telah menjadi target penjahat dunia maya. Awal tahun ini Albert Gonzalez 28 tahun hacker dari Florida AS didakwa oleh jaksa karena mengorganisir serangkaian serangan komputer yang menjaring jutaan dollar AS selama beberapa tahun.
Citibank berada di antara kelompok-kelompok target serangan, yang mengakibatkan lebih dari 45 juta nomor kartu kredit dicuri.
Akhir pekan lalu terungkap bahwa militer Rusia telah bertemu para pejabat Washington untuk membahas potensi kolaborasi melalui keamanan internet dan pertahanan dunia maya. (inilah/arrahmah.com)
Para hacker yang dikenal sebagai Jaringan Bisnis Rusia itu selama dua tahun tidak melakukan aktifitas dalam mendalangi serangkaian kejahatan, termasuk pencurian identitas, penipuan, spam dan pornografi anak.
Tapi geng tersebut kembali beraksi, menurut laporan The Wall Street Journal yang menunjukkan bahwa Citigroup merupakan fokus investigasi federal AS terkait dengan kelompok Rusia itu.
Koran itu menyatakan bahwa serangan diyakini telah didukung oleh jaringan uang dalam jumlah besar, telah menargetkan sistem komputer Citigroup.
Laporan serangan dunia maya datang bersamaan dengan pengangkatan kepala keamanan dunia maya Gedung Putih bernama Howard Schmidt.
Schmidt yang memiliki peran yang sama selama beberapa tahun di bawah pemerintahan George Bush akan mengkoordinasi pemerintah AS, militer dan intelijen dalam upaya mengusir hacker.
Ada serangkaian laporan tentang serangan hacking terhadap pemerintah Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir, serta pencurian lebih dari US$ 9 juta (Rp 86,4 miliar) dari sistem milik Royal Bank of Scotland.
Citigroup yang merupakan perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia, menolak kabar bahwa FBI sedang menyelidiki sebuah insiden di bank itu dan menyangkal bahwa sejumlah proporsi serangan dunia maya telah terjadi.
“Kami tidak melanggar sistem dan tidak ada kerugian, tidak ada kerugian pelanggan, tidak ada kerugian bank,” kata direktur jasa keamanan dan investigasi Citigroup Joe Petro.
“Setiap tuduhan bahwa FBI mengerjakan sebuah kasus di Citigroup yang melibatkan puluhan juta kerugian adalah tidak benar.”
Sebaliknya, seorang Juru Bicara Citigroup mengatakan, perusahaan menyadari satu akun rekening pelanggan yang terkuras lebih dari US$ 1 juta (Rp 9,6 miliar) akibat hacking.
Sifat alami penyerangan masih diperdebatkan, tetapi laporan menandai adanya sinyal signifikan dari salah satu kelompok kejahatan internet paling berpengaruh. Organisasi tersebut sempat menghilang dari publik pada tahun 2007, setelah pindah operasi dari St Petersburg ke China.
Perpindahan itu telah meninggalkan tanda tanya apakah grup itu telah bubar, tetapi para pakar yang paham masalah dengan kegiatan jaringan menyarankan bahwa pengaruh grup tersebut terhadap kejahatan terorganisir masih kuat.
“Semua tanda-tanda menunjukkan peningkatan dramatis kejahatan dunia maya,” kata Pakar Keamanan Komputer San Jose Anton Chuvakin.
Itu bukan yang pertama kalinya bahwa Citigroup atau pelanggan telah menjadi target penjahat dunia maya. Awal tahun ini Albert Gonzalez 28 tahun hacker dari Florida AS didakwa oleh jaksa karena mengorganisir serangkaian serangan komputer yang menjaring jutaan dollar AS selama beberapa tahun.
Citibank berada di antara kelompok-kelompok target serangan, yang mengakibatkan lebih dari 45 juta nomor kartu kredit dicuri.
Akhir pekan lalu terungkap bahwa militer Rusia telah bertemu para pejabat Washington untuk membahas potensi kolaborasi melalui keamanan internet dan pertahanan dunia maya. (inilah/arrahmah.com)