Yunani – Seorang hacker bangkotan ditangkap di Yunani atas tuduhan pencurian data teknologi senjata di sebuah perusahaan penerbangan, Dassault Group Perancis. Selama lebih dari 5 tahun, hacker yang menyebut dirinya ASTRA ini dengan leluasa mengambil berbagai data sensitif teknologi persenjataan.
Dassault Group merupakan perusahaan penerbangan yang memproduksi pesawat pribadi dan militer, termasuk jet tempur Rafale dan Mirage. Diduga, data-data hasil curian tersebut dijual ASTRA ke sedikitnya 250 orang di Brazil, Perancis, Jerman, Italia, Afrika Selatan serta beberapa negara bagian Timur Tengah.
Akibat pembobolan data ini, Dassault menderita kerugian lebih dari USD 360 juta (sekitar Rp 3,6 triliun). Data yang dicuri oleh hacker yang merupakan ahli matematika ini termasuk software khusus yang digunakan untuk membuat jet dan mobil, yang kemudian dijual seharga USD 1.000 per buah (sekitar Rp 10 juta). Demikian dikutip detikINET dari Scmagazineus, Senin (4/2/2008).
Dilihat dari cara kerjanya, hacker berusia 58 tahun ini tampak sudah ahli dan berpengalaman. Pihak Dassault yang mencium adanya pencurian data melaporkan ke pemerintah Yunani. Kemudian dilakukan pelacakan, dan hacker tersebut akhirnya diringkus di sebuah apartemen di Athena. Belum bisa dipastikan apakah ASTRA melakukan aksinya dari dalam atau dari luar Dassault.
Di perusahaan otomotif dan industri penerbangan, perusahaan harus berbagi informasi dengan mitranya. Perusahaan membuka sebuah celah yang memungkinkan mitranya untuk mengakses data. Alhasil, hacker pun berkesempatan untuk menyusup dan memperoleh data-data sensitif. Parahnya kebanyakan perusahaan tidak memonitor pola akses, sehingga mereka tidak tahu jika ada akses mencurigakan.