AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Kepala aliansi NATO hari Minggu (18/1) menuding pemerintah Afghanistan dengan menegaskan bahwa otoritas Afghanistan saat ini yang paling bersalah atas kesukaran yang menyakitkan dengan kebangkitan Taliban yang makin terlihat.
Meski menghindari menyebutkan nama Presiden Afghanistan Hamid Karzai, Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer menegaskan bahwa pemerintah Afghanistan dijangkiti korupsi dan tidak efisien dalam memecahkan masalah.
“Permasalahan mendasar di Afghanistan bukan semata-mata Taliban, namun pada sangat kurangnya pemerintahan yang baik,” klaim de Hoop Scheffer dalam sebuah artikel di The Washington Post.
“Afganistan membutuhkan sebuah pemerintahan yang patut menerima loyalitas dan kepercayaan mereka, ketika itu mereka miliki, oksigen akan terisap dari para pemberontak,” kilahnya.
Pemimpin NATO itu mengatakan masyarakat internasional harus meningkatkan bantuannya terhadap pemerintahan Afganistan terpilih dan warga Afghanistan.
“Tapi kami sudah membayar cukup, dengan darah dan harta, untuk menuntut agar pemerintah Afghanistan melakukan tindakan yang lebih konkret dan keras ke akar korupsi dan meningkatkan efisiensi, meski itu berarti pilihan politik yang sulit,” ujar de Hoop Scheffer.
Antara 60 ribu dan 70 ribu pasukan asing berada di Afganistan, sekitar tiga perempatnya di bahwa komando NATO, untuk membantu pemerintah Presiden Karzai menghancurkan kelompok Islam Taliban, yang berjuang menegakkan aturan Islam di bumi Allah, Afghanistan.
Namun setiap harinya jumlah tentara kafir tersebut menyusut karena operasi militer yang dijalankan Taliban terus meningkat. Penambahan jumlah pasukan kafir di Afghanistan, bukanlah solusi, karena Taliban tidak akan pernah gentar dengan jumlah musuh yang lebih banyak. Bahkan mereka merasa senang, karena pada faktanya, akan ada lebih banyak lagi tentara kafir yang tewas di Afghanistan.
Sekitar 20 ribu-30 ribu tambahan pasukan Amerika akan datang beberapa minggu mendatang, setelah presiden-terpilih AS Barack Obama berjanji untuk memberi perhatian lebih ke Afghanistan untuk memerangi pemberontak. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)