Sebuah harian terkenal di Prancis dalam edisi hari Senin lalu mengatakan, presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengecam membengkaknya jumlah kaum Muslimin di Eropa. Ia berbicara tentang komunitas Muslim di Eropa dengan bahasa yang pedas dan bertentangan dengan pidato resmi. Hal itu disampaikannya dalam pertemuannya dengan para sekutu Eropanya.
Seorang wartawan, Jan Catromer dalam catatannya menjelaskan, Sarkozy melontarkan perkataan pedas itu di hadapan perdana menteri Irlandia, Berthy Ahirn, 21 September lalu dan perdana menteri Swedia, Frederick Rainfielt pada tanggal 3 Oktober lalu.
Catromer mengungkap rasa permusuhan Sarkozi terhadap umat Islam, jumlah mereka yang terus melampaui batas di Eropa dan sulitnya proses asimilasi mereka.
Wartawan itu mengatakan, kedua orang tamu presiden Prancis itu keluar dari pertemuan dengan membawa kesan bahwa Sarkozi membenci umat Islam di mana antara dia dan mereka ada suatu masalah.
Sebelumnya, dalam pidato yang disampaikannya di hadapan para Dubes Prancis yang beragama Islam, Sarkozi mengatakan, Tantangan pertama yang harus harus dihadapi Prancis adalah bagaimana dapat mencegah terjadinya konfrontasi antara Islam dan barat.
Kemudian ia menjawab dengan jelas tidak perlunya menggunakan bahasa ‘kayu’ sebab konfrontasi ini hanya diinginkan oleh orang-orang yang memimpikan berdirinya khilafah dari Indonesia hingga Nigeria, yang menolak berbagai bentuk sikap keterbukaan dan modernisasi serta kebhinekaan.
Catromer menjelaskan, dirinya menerima banyak jawaban dan tanggapan atas data-data yang dipublikasikan itu. Sebagian besar darinya berupa ungkapan caci maki dan ancaman.
Sebelum Sarkozi, pimpinan VATIKAN, Benediktus XVI juga pernah menghujat Islam dan umat Islam dengan menuduh mereka sebagai orang-orang yang haus darah dan Islam disebarkan dengan pedang.