SOLO (Arrahmah.com) – Para Habib yang mengikuti ajaran Syiah sejatinya adalah para pengkhianat Ahlul Bait Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga bukan habib tetapi mantan Habib.
Hal ini disampaikan oleh Pengurus Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) Jawa Timur dan Majelis Tinggi NU Jawa Timur, Ustadz Habib Ahmad Zein Alkaff saat acara kajian ilmiah “Mengapa Syiah Bukan Islam?” di Gedung Al Irsyad, Surakarta, Ahad (2/1/2013).
Habib Zein mengingatkan betapa dahulu Ketua Habaib bekorban hijrah dari Bashrah negeri yang subur menuju Hadramaut negeri yang kurang subur alias tandus demi menyelamatkan aqidah anak turunanya (Ahlul Bait Rasul) dari fitnah syiah yang berkembang di Bashrah.
Menurutnya, kalau ada habib yang menjadi syiah itu maka telah berhianat kepada datuknya, Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam. “Kalau ada habib tidak berjalan diatas jalan habib dia bukan habib, tetapi mereka mantan habib” tegas Habib Zein, seperti ditulis Annajah.net, Senin
Habib Zein meneyebut Syiah itu telah melakukan kedustaan perihal Ahlul Bait. Mereka seringkali mengaku dan mengatasnamakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, padahal sesungguhnya mereka pengkhianat Ahlul Bait Rasul, “Syiah mengaku mencintai Ahlul Bait padahal tidak mencintai mereka” pungkasnya.
Mengapa Syiah bukan Islam?
Pada kesempatan itu Habib Zein menjelaskan alasan mengapa Syiah bukan Islam, yakni yang pokok tentunya karena aqidah mereka itu bertentangan dengan Al Qur’an dan Al Hadits.
Pertama, karena rukun imannya berbeda dengan Islam. Rukun iman Syiah ada 5 sedangkan rukum Iman umat Islam ada 6. “Konsekunsi dari keimanan ini maka saling mengkafirkan, Syiah mengkafirkan ahlus sunnah dan ahlus sunnah mengkafirkan Syiah” ungkapnya.
Kedua, perbedaan dalam rukun Islam. Kalau rukun Islamnya orang Syiah itu shalat, shaum, zakat, haji dan wilayah. Sedangkan rukun Islamnya ahlus sunnah itu syahadatain, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sama konsekuensinya saling mengkafirkan.
Ketiga, Al Qur’an yang dibaca kaum muslim sudah mengalami muharraf (perubahan), bisa ditambah dan dikurangi. Padahal Allah secara tegas telah mengatakan sesungguhkan kami yang telah menurunkan al qur’an dan kami pula yang menjagannya. Hal ini tidak sebagaimana orang Syiah mereka itu mengatakan al qur’an telah berubah baik ditambah maupun dikurangi. Bahkan al qur’an menurut mereka itu 17.000 ayat tiga kali lipat al qur’an yang ada.
Keempat, mereka mengklaim imam-imam mereka lebih mulia daripada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Menurut Syiah Imam kami punya kedudukan diatas Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam. “Seseorang yang mengaku lebih afdhol dari para rasul telah keluar dari Islam, inilah aqidah Islam” tegasnya.
Kelima, mereka mencaci para sahabat bahkan mereka mengkafirkan para sahabat kecuali yang empat orang saja. “Padahal Allah telah menegaskan dalam al Qur’an Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha Allah sebagai rabb mereka” ujarnya.
Ulama NU kelahiran 1941 ini mengingatkan untuk menghadang perkembangan Syiah di Indonesia karena jika tidak diwaspadai maka apa yang terjadi di Irak, Iran, Yaman, Bahrain akan juga bisa terjadi di bumi ahlus sunnah Indonesia ini.
Untuk mengingatkan bahaya Syi’ah Habib mengutip hadits Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila timbul fitnah atau bid’ah, dimana sahabat-sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui kesesatan Syiah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Allah dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima Allah”.
Umat Islam dituntut pembelaannya manakala Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, istri-istrinya yang dicacimaki oleh siapapun, termasuk Syi’ah. “Kalau seandainya kita tidak marah ketika istri-istri Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam, mertua Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam, menantu Rasulullah dan juga para sahabatnya dicacimaki dan dikafirkan maka diragukan kecintaannya kepada Rasulullah Saw. Jangan mengaku cinta, jika tidak ada buktinya,” pungkasnya. (azm/annajah.net/arrahmah.com)