PALANGKARAYA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab, yang tidak ikut rombongan ke Palangkaraya, menduga ada oknum yang mau memainkan situasi dengan memanfaatkan stigma hitam yang selama ini kerap dilekatkan media mainstream kepada FPI untuk melakukan provokasi warga Dayak dengan tujuan mengadu domba. Dalam hal ini, Habib Rizieq menuding Gubernur dan Kapolda Kalteng terlibat dalam pengerahan warga Dayak mengepung delegasi FPI.
“Gubernur Kalteng, Teras Narang, punya hubungan sangat buruk dengan FPI. Dua hari lalu, via media lokal, Yansen Binti, kerabat Gubernur Kalteng menebar ancaman terhadap FPI dan Kapolda Kalteng beri pernyataan tidak mau bertanggung jawab”, tegas Habib Rizieq, pada hari Sabtu (11/02/2012), seperti dilansir situs resmi FPI, fpi.or.id.
Habib Rizieq menyeru kepada Laskar agar tidak terprovokasi, “Segenap Laskar Dayak Muslim FPI se-Kalimantan jangan terprovokasi dan harus segera lakukan klarifikasi, sosialisasi dan konsolidasi untuk antisipasi segala bentuk agitasi. Selama ini hubungan FPI dan Dayak baik muslim da non muslim sangat baik”, kata Habib Riziiq kepada hidayatullah.
Sebelumnya, Gerakan Pemuda Dayak Indonesia Kalimantan Tengah (GPDI-KT) dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng menolak rencana pembentukan organisasi FPI di wilayah Kalteng. Penolakan itu disampaikan Ketua Umum GPDI-KT Yansen A Binti, melalui Surat No 09/GPDI-KT/II/2012 tertanggal Kamis (9/2), perihal penolakan terhadap kehadiran FPI di Tambun Bungai. Dalam surat itu berisi, penolakan ini atas instruksi lisan dari Ketua Umum DAD Kalteng Sabran Achmad, yang secara tegas menolak dan tidak setuju atas kehadiran FPI di Kalteng.
Namun, Habib Rizieq menjelaskan bahwa sebulan lalu bahkan delegasi warga Dayak Kalteng dari berbagai agama mendatangi DPP FPI di Petamburan untuk meminta bantuan untuk menghadapi arogansi Gubernur Kalteng dan Kapolda Kalteng tentang konflik agraria seperti Kasus Mesuji – Lampung.
Anehnya, tiba-tiba kedatangan rombongan FPI ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, hari Sabtu (11/2), dihadang sekitar 800 orang dari Suku Dayak di Bandara Udara Cilik Riwut Palangkaraya. Massa sejak pagi hari sudah berkumpul di semua sudut ruang bandara dengan memakai ikat kepala merah dan ada juga yang membawa senjata tradisional seperti tombak dan mandau.
Sehubungan dengan peristiwa tersebut, Habib Rizieq menjelaskan dalam sebuah pernyataan di situs resmi FPI bahwa, “Sekjen, Wasekjen, Ketua Bid. Da’wah dan Panglima LPI (Ketua Umum tidak ikut karena sakit), DIKEPUNG dalam pesawat Sriwijaya oleh Ratusan Dayak BERIKAT KEPALA MERAH yang masuk ke landasan dan ribuan Dayak di luar Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya – Kalteng, tanpa alasan yang jelas. Ketua Umum FPI di Jakarta langsung informasikan ke Mabes Polri. Akhirnya Polri yang bertugas dan Kapten pesawat berinisiatif terbangkan delegasi FPI dengan pesawat yang sama ke Banjarmasin untuk keamanan”.
Sementara itu, menurut Munarman, Ketua FPI Bidang Nahi Munkar, menilai penolakan terhadap kedatangan pengurus pusat FPI merupakan bentuk balas dendam Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang terhadap Islam. Terutama terkait sejumlah kasus di Jabodetabek.
Mantan Direktur YLBHI itu menduga Teras Narang melihat dengan salah kasus Ciketing di Bekasi dan GKI Yasmin di Bogor. Teras Narang mungkin melihat ada peran FPI di belakang kasus-kasus gereja ilegal itu. “Jadi dia balas dendam terhadap FPI”, katanya. Saat ditanya tentang kemungkinan terjadinya konflik horizontal di Jakarta, Munarman menepisnya. “Kita tidak akan terprovokasi”, tambahnya, dikutip voa-islam.
DPP FPI meminta dengan tegas kepada Menkopolhukam, Mendagri, DPR RI dan Kapolri serta Instansi terkait lainnya untuk mengusut tuntas kasus tersebut serta meminta agar Gubernur Kalteng, Kapolda Kalteng, Yansen Binti diperiksa tentang dugaan keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan yang berpotensi timbulkan konflik horizontal. (siraaj/arrahmah.com)