JAKARTA (Arrahmah.com) – Banyak mulut usil yang bertanya, kenapa FPI yang giat menutup tempat maksiat di sejumlah daerah, tapi di sekitar Tanah Abang, wilayah dimana FPI bermarkaz tidak pernah digempur. Kenapa?
Inilah jawaban Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) saat Jurnalis Islam Bersatu meneruskan pertanyaan masyarakat tentang kawasan esek-esek di Bongkaran, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Habib Rizieq menegaskan, laskar FPI sudah tiga kali menyebu Bongkaran untuk dibersihkan. Sebulan – dua bulan bersih, memasuki bulan ketiga, “lapak seks” Bongkaran muncul lagi. FPI pun tidak bisa mempertahankan Bongkaran dalam keadaan bersih setelah dibongkar.
Kini, para pelaku maksiat sudah menjadi bagian masyarakat di wilayah itu. Mereka tinggal di kost-kost an di Jl. Kebun Jati, tak jauh dari Bongkaran. Nah, pengalaman FPI di lapangan saat turun menggempur Bongkaran, para preman ketok tiang listrik, lalu semua warga yang ada sekitar itu keluar rumah untuk melawan laskar FPI.
“Saat itu, kita sudah tidak bisa bedakan lagi, mana yang warga dan mana preman. Jadi preman dan warga betul-betul sudah membaur dan menyatu. Kondisi ini tak berbeda dengan kawasan prostitusi di Kalijodoh. FPI setengah mati menutup dua kawasan itu, Bongkaran dan Kalijodoh. Bahkan di Kalijodoh, FPI sudah dua kali bertempur,” ungkap Habib.
Bongkaran Wilayah Dakwah
Lebih jauh Habib menjelaskan, di FPI ada dua wilayah yang menjadi “pekerjaan rumah” para aktivis dakwah FPI. Ada wilayah dakwah, ada wilayah hisbah. Cara membedakannya adalah, jika suatu wilayah ada tempat maksiat, lalu didukung oleh warga. Dan diantara warga ada yang menjadi tukang parkir, warung, dan mata pencaharian lainnya, maka ini yang disebut wilayah dakwah. Di wilayah dakwah, DPP FPI yang dipimpin oleh Habib Rizieq, melarang laskar untuk melakukan aksi fisik di wilayah tersebut.
“Di wilayah dakwah, justru kita mengirim dai untuk membuka pengajian. Tujuannya untuk menyadarkan masyarakat. Di wilayah ini FPI menghindari konflik horizontal, dimana warga dan masyarakat telah berbaur. Yang kita khawatirkan, kita bukannya perang dengan preman, tapi malah melawan warga setempat. Terus terang, ini sulit,” pungkas Habib.
Perlu diketahui, di Bongkaran itu ada tokoh Betawinya yang membela Bongkaran. Karena urusan perut mereka tak ingin lahannya terancam. Bahkan bukan hanya tokoh Betawi, tapi juga Madura. Jangan heran, jika sebagian tokoh masyarakat kedua etnis itu berpredikat haji, punya majelis taklim pula.
“Akhirnya dakwah FPI di situ malah dimusuhi mereka, karena mereka tahu tujuan dakwah FPI adalahuntuk memberi penyadaran, yang ujung-ujungnya kan mendongkel dan mengancam urusan perut mereka. Saat ini, wilayah Bongkaran memang masuk wilayah dakwah FPI.”
Adapun jika ada pelacur dan hidung belang yang datang dari luar, dan masyarakat setempat tidak mendukung praktek maksiat tersebut, maka inilah yang disebut wilayah hisbah. Di wilayah inilah yang diperbolehkan bagi laskar FPI untuk menggempur.
FPI sudah memback up upaya walikota Jakarta Pusat untuk membersihkan Bongkaran, tapi upaya itu gagal dan tidak mempan juga. Lalu FPI terus mendorong Gubernur dan Wagub DKI, Jokowi-Ahok saat berkomitmen untuk menertibkan Tanah Abang.
“Ketika Habib Selon (Ketua DPD FPI DKI Jakarta) beradu mulut dengan Ahok, yakni ketika Pemkot DKI hendak menertibkan pedagang Kakilima (K5) di Tenabang. Waktu itu Habib Selon bilang begini: daripada menertibakan P5K, mending beresin dulu Bongakaran. Itu lebih utama.”
Yang pasti, FPI sudah melakukan berbagai macam upaya, mulai dengan beraudiensi dengan DPRD, Pemkot, Pemda, dan PJKA, mengingat tanah di lokasi digunakan tempat maksiat itu milik PJKA. FPI sempat mendesak PJKA agar membuat tembok tinggi agar tidak ada lagi praktek pelacuran di wilayah itu. Tapi upaya itu lagi-lagi gagal. “Yang ana dengar, Jokowi sedang memberi ultimatum agar bulan ini juga Bongkaran harus bersih, tidak ada lagi lapak-lapak mesum.
Ada tiga wilayah di Jakarta yang sulit diberesi, sebut saja seperti Boker (Jakarta Timur), Kalijodoh (Jakarta Barat), dan Bongkaran (Jakarta Pusat). Kawasan Prumpung berhasil dibersihkan, tapi kemudian malah pindah ke Banjir Kalal Timur (BKT). Diantara mereka ada yang main judi (gaple), termasuk wanita penjaja kopi yang merangkap sebagai jablay. Hampir setiap malam FPI melakukan razia di BKT.
Semoga Jokowi-Ahok betu-betul meneguhkan komitmennya utk menertibkan Tanah Abang dari kesemrawutan dan penyakit masyarat lainnya, termasuk membongkar Bongkaran. Jadi ini bukan lagi tugas FPI, tapi tugasnya Pemkot DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Jokowi-Ahok.
(voa-islam.com/arrahmah.com)