JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari, KH. Salahuddin Wahid alias Gus Sholah, mengatakan bahwa seminar bertajuk “Agama Dalam Konteks Negara Pancasila” di Gedung Nusantara V, DPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (6/5/2017).diselenggarakan karena saat ini pihaknya melihat keislaman kerab dibenturkan dengan keindonesiaan, demikian dilaporkan Rmol.
“Jadi kita kan melihat masalah yang kita hadapi belakangan ini seakan-akan ada upaya untuk mempertentangkan kembali keindonesiaan dan keislaman, sesuatu yang tidak perlu terjadi sebetulnya,” katanya pada seminar yang diselenggarakan MPR RI bekerja sama dengan Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari ini.
Padahal, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asy’ari dalam Resolusi Jihad-nya mengajarkan bahwa keindonesiaan dan keislaman adalah hal yang tidak boleh dibenturkan, bahkan harus seiring sejalan. Semua ajaran itu pun menurut dia sudah ada dan dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk itu, menurut Gus Sholah, saat ini tugas semua pihak adalah memelihara apa yang telah diamanatkan oleh founding fathers dalam berbagai UU yang mengakomodir keislaman dan keindonesiaan. Bukan malah menghancurkannya.
“Dalam berbagai kesempatan saya sampaikan berbagai keberhasilan kita dalam memadukan keindonesiaan dan keislaman dengan menerima Pancasila dengan dibentuknya Kementerian Agama, resolusi jihad, berbagai undang-undang yang di dalamnya ada muatan hukum Islam. Kemudian ormas-ormas Islam boleh dibentuk sejak tahun 1984 merupakan keberhasilan yang harus kita pelihara,” jelas Gus Sholah.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam sambutannya mengatakan bahwa KH. Hasyim Asy’ari memiliki peran penting dalam perjuangan untuk memerdekakan negara Republik Indonesia.
Utamanya saat Kiai Hasyim mengeluarkan jargon ‘hubbul wathan minal iman’ yang artinya cinta Tanah Air adalah bagian dari iman.
“Peran beliau sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia, karena itulah beliau mendapatkan gelar pahlawan,” tukasnya.
Seminar ini dihadiri Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Ketua Umum Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari KH. Salahuddin Wahid, tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin, tokoh Nahdatul Ulama Tolhah Hasan, dan Ketua Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari Mif Rohim.
(azm/arrahmah.com)