YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Sikap penuh persaudaraan yang ditunjukkan almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur perlu diteladani umat, kata Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWBU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) KH Asyhari Abta.
“Semasa hidupnya Gus Dur ingin mewujudkan persaudaran sesama muslim, sesama warga negara, dan sesama manusia. Hal itu merupakan wujud pengalaman khittah NU,” katanya pada tahlil akbar memperingati 100 hari wafatnya Gus Dur di alun-alun Utara Yogyakarta, Sabtu (10/4) malam.
Bangsa ini perlu selalu menjalin persaudaraan dengan tidak membedakan agama dan etnis untuk mewujudkan negara Indonesia yang makmur dan mendapat rida Allah SWT. katanya lagi.
Sementara itu, adik Gus Dur, Lili Wahid mengatakan bangsa ini bisa meneladani apa yang Gus Dur kerjakan semasa hidup, terutama keterbukaan pikiran dalam menanggapi persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Menurutnya, bangsa ini masih mempunyai banyak masalah yang belum bisa diselesaikan sejak bangsa ini merdeka, terutama soal moral yang menimbulkan tindak korupsi dan pemerintahan yang bersih dan transparan.
“Bangsa ini harus melakukan introspeksi untuk memperbaiki kondisi, sehingga dapat menyelenggarakan pemerintahan secara bersih dan transparan,” katanya.
Sementara bagi Ketua Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta Sutanto Sutandyo, posisi Gus Dur bagi warga Tionghoa sangat berarti karena telah merangkul warga Tionghoa, sehingga tidak lagi mengalami diskriminasi sehingga diantaranya bisa menampilkan atraksi budaya dan berbahasa Mandarin yang sangat berbeda dar kondisi sebelumnya.
“Kepergian Gus Dur merupakan kehilangan besar bagi bangsa dan negara Indonesia, sehingga perjuangan almarhum untuk menghapuskan diskriminasi harus dilanjutkan,” katanya.
Tahlil akbar memperingati 100 wafatnya Gus Dur diikuti sekitar 2.000 orang yang sebagian besar warga NU dipimpin KH Asyhari Abta. (ant/arrahmah.com)