JAKARTA (Arrahmah.com) – Belum reda kontroversi penonaktifan Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani terkait skandal Bank Century, kini muncul lagi kontroversi yang tak kalah hebohnya. Setelah kontroversi jilid satu melanda wapres dan menteri, kontroversi jilid dua menimpa Presiden SBY.
Kontroversi dipantik oleh buku “Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Bank Century” karya George Aditjondro yang mengkritisi yayasan-yayasan di sekitar SBY. Ada dugaan aliran dana yang tidak jelas mengalir ke yayasan tersebut sehingga perlu dilakukan audit independen.
“Maksud saya soal yayasan itu adalah semua yayasan yang berafiliasi ke SBY dan Ani Yudhoyono harus diaudit independen, karena ada kemungkinan dana BUMN mengalir ke situ,” kata George saat dihubungi lewat telepon, Sabtu (26/12).
Dugaan George bukannya tak berdasar. Dalam struktur kepengurusan beberapa yayasan, terdapat sejumlah nama yang pernah dan masih aktif di lingkungan BUMN. Selain itu, sokongan dana dari pengusaha hitam juga sempat dikabarkan masuk ke salah satu yayasan.
“Itu semua pengurusnya terpampang jelas di situs-situs yayasan. Bahkan sudah sempat termuat di media, ada yayasan yang mendapat US$ 1 juta dari Joko Tjandra,” urainya.
Dengan melakukan audit pada yayasan seperti Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Majelis Dzikir SBY, dan Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan, maka publik bisa tahu berapa besar dana yang masuk serta darimana sumbernya. Termasuk juga adanya dugaan dana dari LKBN Antara yang masuk ke tim kampanye SBY.
“Jangan kita berdebat soal berapa jumlahnya. Tapi ada tidak aliran dana itu? Dibantah enggak? Karena saya juga punya sumber yang valid dari orang dalam Antara,” jelasnya.
George mengklaim, masih banyak data yang belum ia ungkap di dalam buku terkait sumber dana kampanye SBY. Ia juga menyayangkan pihak KPU dan Bawaslu yang tidak meneliti secara mendalam tentang tim kampanye dan dana kampanye yang digunakan SBY. “Ini dianggap sebagai partai besar. Jadi mereka tidak hiraukan,” tutupnya.
Sumbernya terpercaya sejak 2003, SBY prihatin
George menilai, segala sesuatu yang ditulis dalam bukunya berasal dari sumber yang valid dan bisa dipercaya. Ia juga didukung dengan data-data yang kebenarannya tidak perlu diragukan. Bahkan, proses pengumpulan data sudah ia lakukan sejak tahun 2003. “Semenjak SBY menjabat sebagai Menkopolkam,” imbuhnya.
Untuk itu, segala respons negatif atau keprihatinan dari kubu SBY harus disikapi dengan cara ilmiah. Sebab, pria yang lahir di Pekalongan ini menganggap, banyak keganjilan dalam proses pemenangan SBY sebagai presiden. Terlebih hanya satu putaran.
“Inti dari buku saya adalah kemenangan SBY dalam satu putaran itu ditopang oleh hal-hal yang berbau pelanggaran hukum,” jelasnya.
George meminta pada siapa pun yang tidak terima dengan bukunya agar memberikan jawaban dengan cara ilmiah. Tulisan investigatif di dalam buku, harus dibantah pula dengan buku tandingan.
“Saya mengusulkan karena SBY kan doktor, lalu punya tim sukses lagi. Saya juga doktor. Kalau buku dilawanlah dengan buku,” kata George.
Menanggapi kontroversi buku “Membongkar Gurita Cikeas di Bank Century,” SBY menyatakan tidak punya niatan untuk menariknya dari peredaran
“Tidak ada sama sekali (rencana itu),” kata Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di kediaman pribadi Presiden SBY di Puri Cikeas, Bogor, Sabtu (26/12/2009).
Menurut Julian, SBY amat prihatin karena di buku itu dimuat sejumlah yayasan yang terkait dengan Cikeas. Misalnya saja disebutkan Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Majelis Dzikir SBY, dan Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan yang faktanya tidak akurat.
Julian menambahkan, SBY sedang mempelajari buku karangan George Junus Aditjondro itu. Sejauh ini pun tidak ada rencana untuk menemui sang pengarang. [dtk/voa-islam/arrahmah.com]