YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali meletus freatik sebanyak dua kali, pada Senin (21/5/2018).
Sebagaimana dilansir Rmol, BPPTKG melaporkan letusan pertama terjadi pada pukul 01.25 WIB. Letusan berlangsung selama 19 menit dengan ketinggian asap 700 meter teramati dari pos Babadan. Amplitudo seismik terukur 20 mm.
Kemudian letusan freatik kedua berlangsung pada pukul 9.38 WIB selama 6 menit. Tinggi asap 1.200 meter dengan angin condong ke arah Barat. Amplitudo maksimum 23 mm.
Letusan disertai suara gemuruh dengan tekanan sedang hingga kuat dan tinggi kolom 5.500 meter dari puncak kawah. Letusan melontarkan abu vulkanik, pasir dan material piroklatik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan letusan berlangsung tiba-tiba. Jenis letusan adalah letusan freatik yang terjadi akibat dorongan tekanan uap air yang terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.
Pasca letusan, kegempaan yang terekam di beberapa Pos Pengamatan Gunung Merapi tidak mengalami perubahan dan suhu kawah mengalami penurunan. Aktivitas kegempaan dan vulkanik tidak ada lonjakan.
PVMBG tetap menetapkan status Normal (level I). Tidak ada kenaikan status dari Gunung Merapi.
“Masyarakat dihimbau tetap tenang. Tidak perlu panik dan masyarakat belum perlu mengungsi. Masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa serta mengantisipasi hujan abu di sekitar Gunung Merapi,” ujar Sutopo dalam keterangannya.
BNPB terus melakukan koordinasi dengan PVMBG dan BPBD. BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kabupaten Magelang, BPBD Klaten, BPBD Boyolali, BPBD Sleman dan BPBD DI Yogyakarta telah mengambil langkah-langkah antisipasi.
“Pasca letusan Gunung Merapi 2010 lalu telah memberikan banyak pembelajaran. Saat ini tingkat kesiapsiagaan pemda dan masyarakat dalam menghadapi letusan Gunung Merapi telah lebih baik,” ungkap Sutopo
(ameera/arrahmah.com)