YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta, Kamis sekitar pukul 18.00 WIB meningkatkan status Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dari waspada menjadi siaga. Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandrio di Yogyakarta, Kamis mengatakan, peningkatan status Gunung Merapi tersebut karena aktivitas yang semakin meningkat pada beberapa hari terakhir ini khususnya kegempaan dan guguran lava yang semakin meningkat.
“Erupsi Gunung Merapi kali ini cenderung ke tiga jalur yakni ke selatan, barat daya atau ke utara, meski demikian saat ini arah erupsi belum bisa ditentukan secara pasti,” katanya. Menurut dia, selain itu untuk jarak luncuran erupsi Gunung Merapi ini juga belum bisa ditentukan karena belum terbentuk kubah lava. “Jika nanti sudah ada kubah lava akan bisa ditentukan berapa kira-kira jarak luncur erupsi Gunung Merapi ini,” katanya.
Ia mengatakan, pada erupsi 2006 jarak luncur mencapai sejauh tujuh kilometer dari puncak Gunung Merapi. “Tetapi untuk setiap peningkatan aktivitas Gunung Merapi tidak menutup kemungkinan erupsi yang terjadi mencapai jarak luncur hingga 15 kilometer dari puncak,” tutur dia.
Subandrio mengingatkan, dengan aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat signifikan ini maka aktivitas pendakian ke puncak juga harus ditutup. “Saat ini aktivitas Gunung Merapi terus meningkat maka demi alasan keselamatan sebaiknya jalur pendakian ditutup saja, untuk apa mendaki kalau tidak ada kepentingan yang berarti,” katanya.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) di Kaliurang, Triono, mengatakan aktivitas guguran material lava mulai sering terdengar. “Hari ini saja sudah dua kali guguran yang bisa didengar dari pos pengamatan. Suara guguran material lava sudah bisa kita dengar langsung,” katanya. Ia mengatakan, dari data pengamatan 20 Oktober telah terjadi gempa vulkanik dalam (A) sebanyak 11 kali, gempa vulkanik dangkal (B) 28 kali, gempa multiphase (MP) 479 kali dan guguran material lava sebanyak 85 kali. (haninmazaya/republika/arrahmah.com)