TEL AVIV (Arrahmah.id) – Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa saluran komunikasi dengan para mediator masih berjalan, dengan harapan dapat membawa Hamas kembali ke meja perundingan. Namun, yang mengejutkan, “Israel” justru terkejut dengan pernyataan utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Stephen Witkoff.
Menurut laporan tersebut, “Israel” memperkirakan Hamas tidak akan menyerah pada tuntutan untuk mengakhiri perang, meskipun menghadapi tekanan militer yang semakin intens. Meski demikian, mereka tetap menunggu hasil dari strategi ini. Jika para sandera tak kunjung dibebaskan, serangan akan semakin ditingkatkan. Mereka menegaskan bahwa satu-satunya jalan menuju gencatan senjata adalah dengan pembebasan para sandera.
Sebelumnya, Yedioth Ahronoth juga mengabarkan bahwa komunikasi terkait kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan sempat terputus. Namun, Hamas membantah klaim tersebut, menegaskan bahwa negosiasi masih berlangsung bersama para mediator. Mereka juga sedang mempertimbangkan usulan Witkoff serta opsi lain yang dapat memastikan pembebasan tahanan, mengakhiri perang, dan mendorong penarikan pasukan “Israel”.
Pada Selasa pagi, “Israel” kembali menggempur Jalur Gaza setelah dua bulan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari. Meski demikian, selama masa itu, pasukan “Israel” terus melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang ada.

Pernyataan Witkoff yang Mengejutkan
Pernyataan terbaru Stephen Witkoff tampaknya menegaskan bahwa Washington semakin menjauh dari kebijakan Benjamin Netanyahu.
Dalam wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson, Witkoff mengkritik Netanyahu karena tidak memiliki strategi jangka panjang untuk Gaza. Ia menyoroti ketiadaan visi yang jelas, yang justru semakin memperburuk situasi.
Lebih jauh, Witkoff menyebut Hamas tetap bisa menjadi aktor politik di Gaza asalkan mereka melucuti senjata. Ia juga menilai bahwa Hamas bukan kelompok yang keras kepala secara ideologi, dan konflik ini masih bisa diselesaikan melalui dialog.
Soal para tahanan “Israel” di Gaza, Witkoff menuding Netanyahu tidak peduli terhadap mereka. Menurutnya, rakyat “Israel” menginginkan para sandera kembali, tetapi Netanyahu justru bertindak berlawanan dengan aspirasi publik.
Ia juga menekankan bahwa Gaza tidak bisa terus bergantung pada bantuan kemanusiaan semata. Rakyat Palestina, katanya, juga berhak memiliki masa depan yang lebih baik.
Demonstrasi Besar di Tel Aviv
Di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, gelombang demonstrasi terbesar dalam beberapa bulan terakhir kembali pecah.
Puluhan ribu orang turun ke jalan menuntut diakhirinya perang di Gaza serta pemulangan para tahanan “Israel”. Mereka juga memprotes pemecatan kepala dinas intelijen domestik Shin Bet, Ronen Bar.
Di antara mereka, beberapa membawa spanduk yang menyerukan kepada Donald Trump agar menghentikan perang. Mereka juga menuduh Netanyahu bertanggung jawab atas kematian para sandera serta menggagalkan kesepakatan yang seharusnya bisa menjamin pembebasan mereka.
Ketegangan meningkat saat demonstran menutup persimpangan jalan utama, menerobos barikade polisi, dan mendekati rumah keluarga Netanyahu di Yerusalem Barat. Polisi berusaha membubarkan mereka dengan kekerasan.
Sementara itu, keluarga para tahanan menuduh Netanyahu mengorbankan nyawa anak-anak mereka demi kepentingan politik. Mereka yakin banyak sandera bisa diselamatkan jika bukan karena meningkatnya tekanan militer yang justru menghambat kesepakatan.

Peringatan dari Serikat Pilot “Israel”
Di tengah krisis yang semakin dalam, Serikat Pilot “Israel” menyampaikan kekhawatiran terhadap dampak serius konflik ini terhadap demokrasi, ekonomi, serta stabilitas negara.
Menurut mereka, ini bukan sekadar masalah politik, tetapi menyangkut prinsip demokrasi dan supremasi hukum. Mereka memperingatkan para pemimpin agar tidak terus menghancurkan masyarakat “Israel” dengan kebijakan yang sembrono.
Sebagai gantinya, mereka menyerukan fokus utama pada pemulangan para tahanan, meraih kemenangan di medan perang, serta membangun kembali wilayah selatan dan utara yang terdampak konflik.
(Samirmusa/arrahmah.id)