ADANA (Arrahmah.id) — Polisi Turki menembakkan gas air mata ke massa pro-Palestina yang berunjuk rasa di Pangkalan Udara Incirlik pada Ahad (6/11/2023) waktu setempat.
Pangkalan tersebut merupakan pangkalan militer yang menampung pasukan tentara Amerika Serikat (AS) di Turki. Gas air mata itu ditembak beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Ankara pada Ahad (6/11) malam.
Dilansir Middle East Eye (6/11), Blinken memiliki agenda untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pada Senin (7/11). Kunjungan ini dilakukan setelah Blinken bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Ahad (6/11) kemarin.
Selain gas air mata, polisi Turki juga disebut memakai meriam air untuk membubarkan massa yang bergerak menuju pangkalan militer itu.
Dilaporkan tidak ada korban luka atau massa yang ditangkap dari aksi tersebut. Di sisi lain, pejabat AS juga tidak memberikan komentar terhadap aksi damai itu.
Berdasarkan laporan AFP, polisi mulai turun tangan ketika massa mulai menuju pangkalan militer tersebut. Massa itu melakukan aksi damai di Incirlik untuk menunjukkan solidaritas kepada Palestina di tengah perang dengan Israel.
Sekitar ratusan orang di aksi damai itu mengibarkan bendera Palestina. Mereka kemudian berlari melintasi lapangan karena dikejar oleh polisi.
Selain di pangkalan militer, AFP melaporkan terdapat sekitar seribu orang pendukung Palestina yang melakukan aksi damai di luar kantor kedutaan AS di Ankara.
Turki menjadi salah satu negara yang mengecam Israel karena melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan mendorong kejahatan perang Israel terhadap Palestina diadili di Pengadilan Kejahatan Internasional (International Criminal Court/ICC).
Keinginan untuk menyeret Israel ke pengadilan internasional disampaikan Erdogan pada rapat umum pro-Palestina baru-baru ini.
“[Turki mendukung] inisiatif yang akan membawa pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang Israel ke Pengadilan Kriminal Internasional,” ujarnya seperti dikutip dari CNN (4/11).
“Otoritas terkait kami, khususnya Kementerian Luar Negeri, akan melaksanakan tugas ini,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Erdogan menyebut Turki juga telah mencoret Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurutnya, Netanyahu bukan lagi sosok pemimpin yang bisa diajak bicara.
Serangan Israel di Gaza, Palestina, terus bertambah hingga mencapai 9.500 orang sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Dari total tersebut, 3.900 anak-anak dan 2.509 perempuan menjadi korban jiwa.
Serangan Israel juga menyebabkan 55 masjid, tiga universitas, tiga gereja, dan lima gedung milik Kementerian Wakaf dan Agama di Gaza hancur lebur.
Mengenai kerugian di sektor layanan kesehatan, 16 rumah sakit, 32 pusat layanan primer, dan 27 ambulans rusak. (hanoum/arrahmah.id)