JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Karman BM menyinggung tentang adanya kebangkitan PKI saat ini.
“Komunisme pernah mewarnai kanvas sejarah kita. Pernah ada, lalu hilang dan sekarang sudah tampak embrio kemunculannya,” ujar Karman dalam pidato sambutan saat acara Milad ke 70 dan Mukernas GPII, di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (2/10/2015), lansir Teropongsenayan.
Dia mengingatkan supaya pemuda Islam dapat menyikapi kecenderungan munculnya bibit-bibit PKI itu. Dia menekankan supaya hal itu dapat menjadi kegelisahan bersama para pemuda Islam agar tidak kecolongan.
“Bagaimana tindakan kita sebagai pemuda Islam menyikapi kemunculan komunisme ini, Yang menjawab ini adalah anda dan kita semua yang berada di forum ini,” ucapnya.
Islam yes, NKRI yes
Menurut Karman, GPII berdiri atas perjuangan para pemuda yang disatukan oleh semangat keislaman dan kecintaan terhadap tanah air.
“Secara historical coast, sejarah kemunculan GPII tidak lepas dari dua nilai-nilai ini, yaitu Islam dan NKRI. GPII lahir dari rahim perjuangan revolusi kemerdekaan dengan tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan memperjuangkan Islam sebagai nilai kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita,” katanya.
Dia menegaskan bahwa Islam dan NKRI merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.
“Reaktualisasi konsep perjuangan pemuda Islam dan rekomitmen kami ejawantahkan dalam tema resepsi Milad ke 70 tahun GPII dengan istilah kembali ke khittah 45 yakni Islam Yes, NKRI Yes. Islam dan NKRI ibarat badan dan nyawa, kira-kira begitulah cita-cita para pendiri GPII,” urainya.
Dia menambahkan dengan tata nilai Islam sebagai dasar perjuangan, maka terbangun dalam semangat rakyat Indonesia untuk saling bahu membahu merebut kemerdekaan. Disisi lain, ucap Karman, NKRI dipercaya sebagai wadah hidup dan tumbuhnya nilai-nilai Islam sebagai penopang peradaban bangsa.
“Islam dan NKRI merupakan kesatuan yang perlu kita afirmasi. Sejenak ketika kita merenungkan kembali sejarah bangsa ini, tapi Islam seringkali dicurigai dan dianggap sebagai anti nasionalisme,” tandasnya.
(azm/arrahmah.com)