WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah pengadilan banding Amerika Serikat pada Rabu (26/2/2014), memerintahkan Google Inc untuk menghapus film anti-Islam dari situs YouTube, yang telah memicu protes ummat Islam di seluruh dunia, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Dengan suara 2:1, panel yang terdiri dari 9 juri menolak pernyataan Google bahwa penghapusan film “Innocence of Muslims” merupakan pengekangan terhadap kebebasan berpendapat yang melanggar Konstitusi AS.
Penggugat, Cindy Lee Garcia, mengajukan keberatan atas film tersebut setelah mengetahui bahwa film tersebut memasukkan klip yang dibuat untuk film yang berbeda, yang telah dialihsuarakan sebagian, termasuk saat ia muncul di salah satu adegan dan bertanya : “Apakah Muhammadmu seorang penganiaya anak?”
Dalam sebuah pernyataan, Google tidak merasa bersalah dengan menampilkan film propaganda tersebut dan bahkan mengatakan: “Kami sangat tidak setuju dengan keputusan ini dan kami akan melawannya.”
Cris Armenta, pengacara Garcia, mengatakan dia senang dengan keputusan tersebut.
“Memerintahkan YouTube dan Google untuk menghapus film tersebut merupakan hal yang tepat untuk dilakukan,” kata Armenta dalam sebuah email. “Film propaganda tersebut sangat berbeda dengan yang dibayangkan Garcia ketika sutradara mengatakan bahwa ia sedang berperan dalam film petualangan.”
Film kontroversial yang disebut sebagai sebuah trailer film, menggambarkan Nabi Muhammad sebagai orang yang bodoh dan mempunyai perilaku seksual yang menyimpang. Film ini memicu protes di kalangan ummat Islam di Mesir, Libya dan negara-negara lain pada tahun 2012.
Google telah menolak untuk menghapus film tersebut dari YouTube, meskipun ada tekanan dari Gedung Putih dan pihak lain, meskipun trailer film tersebut di blokir di Mesir, Libya dan negara-negara lainnya.
Dalam pengajuan pengadilan, Google menyatakan bahwa Garcia muncul dalam film tersebut selama lima detik, dan dia bisa memiliki klaim hukum terhadap sutradara film itu, tapi dia tidak harus memenangkan gugatan hak cipta terhadap Google.
Google berpendapat bahwa film ini kini telah menjadi bagian penting dari debat publik, dan tidak boleh dihapus.
“Hukum kita mengizinkan bahkan kritik menghina terhadap pemerintah, pemimpin politik, dan tokoh agama sebagai praktek yang sah dalam kebebasan berbicara,” kata Google.
Perusahaan milik Google tersebut juga berpendapat bahwa film itu memiliki hak cipta, dan hanya mereka yang dapat menghapusnya dari YouTube.
Dan biasanya, sebagian besar klip yang diposting di YouTube tidak melanggar hukum dan kebijakan kesusilaan. Namun pengadilan banding di San Fransisko menyatakan bahwa video ini berbeda dari kasus-kasus pada umumnya di YouTube. Selain itu, menurut pengadilan, aktris dalam film itu, Cindy Lee Garcia mempertahankan klaim hak cipta yang harus dihormati YouTube. Garcia meyakini bahwa ia berakting pada film produksi lain yang berbeda dari yang muncul pada laman online.
“Jika saja Garcia sebelumnya tahu bahwa produser berencana membuat film propaganda semacam ini, maka dia tidak akan pernah setuju untuk muncul dalam film tersebut,” ujar pengacara Garcia, Cris Armenta.
Di lain pihak, Google berpendapat bahwa aktris tidak memiliki hak untuk mengklaim film tersebut karena pembuat film Mark Basseley Youssef-lah yang menulis dialog, mengatur seluruh produksi dan menyulih suara dialog Garcia dalam tahap akhir editing produksi film tersebut.
Hakim Alex Kozinski mengatakan, khusus dalam kasus ini, Garcia layak mendapat perlindungan hak cipta.
Pembuat film tersebut, Youssef, dijatuhi hukuman 21 bulan penjara karena kasus penipuan pada tahun 2010 dan dilarang mengakses internet tanpa persetujuan pengadilan. Dia kembali dipenjara pada tahun 2012 karena melanggar persyaratan di masa percobaan, dan dibebaskan September 2013.
Artis Garcia dibayar 500 dollar AS untuk muncul selama lima detik dalam film yang katanya disebut “Desert Warrior”, yang ia pikir tidak ada hubungannya dengan agama.
“Ini kasus yang meresahkan,” kata Kozinski. “Garcia ditipu untuk kinerja artistik yang dimanfaatkan dalam cara yang dia tidak pernah bayangkan, tanpa ia sadari dan inginkan, serta menyebabkan ancaman serius terhadap nyawanya. Mengecewakan, meskipun mungkin tidak mengherankan dan Garcia perlu untuk menuntut untuk melindungi diri dan hak-haknya.”(ameera/arrahmah.com)