DEPOK (Arrahmah.com) – Ini sebuah kebetulan atau memang karena sebuah pemahaman. Dalam Pilkada Depok (16/10), Golput (Golongan Putih) atau mereka yang tidak ikut memilih (pemilu) menang telak. Warga yang berpartisipasi dalam Pilkada tersebut hanya 50 persen dan sisanya berarti golput.
Mengapa Mereka Enggan Datang Ke TPS?
Hari ini, Sabtu (16/10/2010) Depok menggelar hajatan demokrasi, yakni Pilkada untuk memilih Walikota. Entah kenapa, di beberapa TPS, jumlah warga yang menggunakan hak pilihnya berkisar hanya 50 persen. Apakah ini karena masyarakat faham bahwa demokrasi atau system pemilu itu tidak Islami alias diharamkan dalam Islam, atau hanya kerena mereka males datang ke TPS?
Dalam pantaun sebuah media berita, di sejumlah lokasi TPS di beberapa wilayah Depok, partisipasi pemilih terbilang cukup sepi.
Contohnya di TPS 86. Dari 522 calon pemilih, hingga pukul 12.00 WIB, warga yang menggunakan hak pilihnya hanya 300 orang.
Di TPS 03, hingga pukul 12.30 WIB dari 600 orang calon pemilih, baru 320 orang yang memilih. Ketua KPPS TPS 03, Hari Harjanto mengaku cukup sedih dengan kondisi ini. Meski sosialisasi sudah gencar dilakukan, toh warga tetap malas datang ke TPS.
Golput Yang Menang
“Berarti nanti yang menang Golput (golongan putih) dong,” canda Hari, seorang warga saat ditemui.
Hal yang sama juga terjadi di TPS 39. Baru 304 warga yang memilih dari 596 calon pemilih. Sedangkan di TPS 19, dari 449 calon pemilih, cuma 277 yang memilih.
Meski demikian, Pilkada Depok praktis berlangsung tanpa masalah. Tidak ada kendala seperti surat suara yang rusak atau tinta yang bermasalah.
Seorang warga Depok berpendapat bahwa tingginya angka golput bisa jadi karena rakyat sudah bosan dengan janji-jani para calon walikota untuk mendapatkan posisinya. Tapi bukan karena faham bahwa demokrasi itu system kufur. Buktinya masih banyak atau ada juga yang beralasan bahwa memilih lebih baik daripada tidak sama sekali.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)