Benarkah ada gerilya misionaris syi’ah di bidang media? Siapa saja mereka? Berikut perkembangan gerilya misionaris syi’ah di bidang media, khususnya yang sedang menjadi perbincangan hangat mengikuti maraknya penyebaran faham syi’ah dengan berbagai macam cara, termasuk media. Semoga bermanfaat!
Ada Apa Dengan Republika?
Salah satu media yang kerap diduga dan telah disusupi faham syi’ah adalah Harian Umum Republika. Harian yang sering mengklaim media Islam ini sering dikeluhkan mengapa beritanya tentang Iran terus-menerus.
Salah satu keluhan kepada Republika mencuat saat diselenggarakannya tabligh akbar tentang “Menyingkap Tabir Syi´ah” di Masjid Baitul Karim Kebon Kacang Tanah Abang Jakarta, Ahad 5 Feb 2012/12 Rabi´ul Awwal 1433H.
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, penulis buku “Aliran dan Paham Sesat di Indonesia” yang menjadi nara sumber pada acara tabligh akbar tersebut pun menceritakan bahwa di tahun 2002 dirinya pernah berhadapan dengan Haidar Bagir, pemimpin Harian Umum Republika, yang memprotes dan keberatan namanya ditulis dalam judul Gerakan Syi’ah di Indonesia. (http://nahimunkar.com/10996/dipertanyakan-kenapa-republika-beritanya-iran-melulu)
Harian Umum Republika yang pernah dipimpin oleh tokoh syi’ah Haidar Bagir ini dikenal “rajin” menampilkan berita-berita tentang Iran, bahkan kini secara terang-terangan mendukung propaganda kaum sesat syi’ah.
Hari Kamis (09/02/2012), Harian Umum Republika dengan terang-terangan memuat iklan “terselubung” dari Yayasan Muslim Indonesia Bersatu (YMIB), berjudul “MELAWAN POLITIK ADU DOMBA DENGAN PERSATUAN UMAT”.
Tidak tanggung-tanggung, Harian Umum Republika memuat iklan propaganda sesat syi’ah itu setengah halaman korannya hanya untuk menyatakan keabsahan syi’ah sebagai aliran dalam Islam. Parahnya lagi, syi’ah mencatut beberapa nama ulama sunni, dan mengatakan bahwa Syiah diakui sedikitnya di 48 negara, yang dimuat dalam Risalah ‘Amman. Dalam risalah yang dinukil YMIB itu dikatakan bahwa Mazhab Jakfari juga bagian dari Islam.
Tulisan setengah halaman ini berisi ajakan taqrib (pendekatan) Sunni-Syiah. Iklan berisi ajakan membangun persatuan ummat, khususnya antara Muslim Ahlu Sunnah wal-Jamaah dengan pengikut Syiah ini juga mengutip pernyataan berbagai ulama Sunni, seolah-olah nampak indah.
Ustadz Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menulis artikel berjudul “Distorsi Syiah Di Balik Ajakan “Persatuan” Umat”, guna menangkal terjadinya distorsi propaganda Syi’ah di balik ajakan “Persatuan”. (http://hidayatullah.com/read/21086/10/02/2012/distorsi-syiah-di-balik-ajakan-%E2%80%9Cpersatuan%E2%80%9D-umat.html)
Parahnya, artikel ini juga dikutip situs Syi’ah IRIB, (http://indonesian.irib.ir/beranda)Iran Indonesian Radio, Irib World Service, yang merupakan propaganda langsung kepanjangan tangan rezim syi’ah Iran.
Melihat sepak terjang Harian Umun Republika, khususnya keberadaan Haidar Bagir, seringnya memuat artikel pro syi’ah, dan juga memuat iklan-iklan propaganda syi’ah, maka sudah saatnya kita mempertanyakan ada apa dengan Republika?
Radio Silaturahim Pro Syi’ah?
Kontroversi adanya media-media khusus sebagai corong atau sarana propaganda syi’ah kali ini menimpa Radio Silaturahim (Rasil), sebuah radio berlabel Islam yang mengudara pada frekwensi AM 720. Radio Silaturahim atau yang biasa disingkat Rasil, dinamakan demikian,karena beralamat di jalan Masjid Silaturrahim No. 36 Halimanggis, Cibubur, Bekasi.
Kontroversi mencuat ketika artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” tulisan Ustadz Hartono Ahmad Jaiz yang dikirim ke situs Eramuslim dimuat di situs tersebut. Tulisan itu mengundang pihak Rasil AM 720 melayangkan bantahan dan klarifikasi melalui Geisz Chalifah, Manager Humas Radio Silaturahim (Rasil AM 720).
Isi bantahan dari fihak Rasil maupun tanggapan dari fihak Eramuslim bisa dibaca lebih detail di http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/bantahan-dan-klarifikasi-radio-silaturahim.htm
Artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” bisa dibaca lengkap di situs nahimunkar.com, tepatnya di http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-syiah/ Dalam artikel tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengkritisi siaran Rasil yang bermoto “Untuk Islam Yang Satu” khususnya Tausiah Sore, dengan nara sumber Ustadz Zen Al-Hady, yang berlangsung sejak pukul 16.00 WIB hingga menjelang adzan magrib, di edisi 02 Februari 2011.
Dalam tulisan tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menangkap kesamaan pandangan Ustadz Zen Al-Hady, dengan pendukung syi’ah sebelumnya, seperti Said Agil Siradj, Umar Shihab, yang mengatakan syi’ah sudah ada sejak dulu, dan mereka bagian dari Islam karena orang Syi’ah diizinkan ber-Haji ke tanah suci. Alasan lainnya, Republik Syi’ah Iran merupakan anggota OKI dan anggota Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Sedunia).
Banyak lagi yang diungkapkan oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengomentari Ustadz Zen Al Hady, yang menurutnya ingi membentuk sebuah opini yang bagus, namun klise. Kesimpulannya menyesatkan!
Dari sinilah Ustadz Hartono Ahmad Jaiz merasakan bahwa Radio Silaturahim (Rasil) pro syi’ah. Dan menurutnya hal ini bukan hanya didasarkan pada pernyataan ustadz Zen Al-Hady saja, tetapi selama ini di Rasil ada sosok narasumber bernama ustadz Husin Alatas yang oleh umat Islam diidentifikasi sebagai salah satu misionaris Syi’ah.
Menurut Ustadz Hartono, indikasi syi’ah yang bisa ditemukan pada diri Ustad Husen Alatas antara lain ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang cenderung meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat Islam di dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa “Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan, ustadz Husen Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari dan Muslim dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk ulama yang berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal. Husen Alatas mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul riwayat (hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah yang senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim.
Contoh lain yang mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah sebagaimana diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia yang terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup aktif menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung Darul Aitam, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sementara itu, mengenai Ustadz Zen Al-Hady, yang juga pernah menjadi nara sumber di Rasil AM 720, masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di Indonesia.
Dengan keberadaan Ustadz Zen Al-Hady, dan Ustadz Husen Alatas yang track recordnya telah dikenali sebagai misionaris faham sesat syi’ah, dan jika keduanya dijadikan nara sumber oleh Rasil AM 720, maka munculah pertanyaan apakah Radio Silaturrahim Pro Syi’ah?
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)