ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Kelompok ‘militan’ Islam kecil namun berpengaruh di Barat bermuara di area barat laut Pakistan untuk memperoleh pelatihan di benteng pertahanan Taliban dan Al Qaeda, sejumlah pejabat mengatakan.
Para diplomat Barat di Islamabad, petinggi intelejen, dan pejabat militer Pakistan mengatakan puluhan warga Barat ada di antara ribuan ‘militan’ asing yang bersembunyi di perbatasan Pakistan dengan Afghanistan.
Meskipun jumlahnya sedikit, sejumlah aksi pegeboman dan penyerangan lainnya di kota-kota besar dalam beberapa tahun terakhir yang terkait dengan jaringan Pakistan memperlihatkan bahwa ancaman yang diberikan oleh ‘militan’ yang bermigrasi benar-benar nyata.
Aksi pengeboman di Madrid tahun 2004 dan London 2005, penyerangan di Barcelona dan Mumbai tahun 2008, juga pengeboman gagal di New York Times Square pada Mei tahun ini, semuanya terkait dengan kelompok-kelompok tertentu di Pakistan.
Para pejabat mengatakan bahwa penyerang baru belum bisa dideteksi seiring dengan masih dibebaskannya siapapun untuk memperoleh visa legal dari Eropa, dan bahkan dari Amerika Serikat untuk pergi ke wilayah Waziristan.
“Warga Inggris kelahiran Pakistan kebanyakan adalah pemuda yang senang bertualang dan tidak menemukan kesulitan untuk datang ke Pakistan,” kata salah seorang pejabat keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Ada beberapa kelemahan dasar dalam sistem imigrasi kami. Ini sangat memudahkan para tersangka, khususnya mereka yang berasal dari Eropa, untuk melewati imigrasi kami,” kata seorang pejabat keamanan senior.
Sebagian besar militan tiba dengan kemampuan berbahasa lokal, Pashto, dan memakai baju lokal, sehingga sulit untuk mengidentifikasinya, seorang pejabat intelijen melanjutkan.
Pada pertemuan di Luksemburg hari Kamis pekan lalu, seorang pejabat Amerika mengatakan kepada menteri dalam negeri Uni Eropa bahwa serangan yang direncanakan pada negara-negara termasuk Inggris, Perancis dan Jerman telah ditelusuri kembali ke jihadis Eropa di sabuk perbatasan barat.
“Mereka sulit untuk dilacak, mereka memiliki paspor Eropa,” kata Gilles de Kerchove, koordinator anti-terorisme Uni Eropa, pada pertemuan yang sama.
Daerah perbatasan dianggap basis global Al-Qaeda dan merupakan rumah bagi Taliban Pakistan.
“Beberapa dari mereka juga menyamar sebagai tablighi,” kata seorang pejabat intelijen senior, mengacu pada pengikut gerakan Tabligh.
Raiwind, pinggiran kota timur Lahore, host ratusan ribu setiap Tablighs November untuk salah satu pertemuan Muslim terbesar di seluruh dunia.
“Beberapa dari mereka telah ditangkap, tetapi yang lain berhasil mencapai Waziristan,” kata pejabat intelijen.
Sementara itu, warga Jerman yang berasal dari Asia Tengah yang memiliki link ke kelompok di Uzbekistan sempat datang ke Pakistan untuk beberapa waktu, kata Rahimullah Yusufzai, seorang wartawan yang berbasis di barat laut Pakistan dan ahli militansi di daerah tersebut.
Mereka datang “dengan sangat mudah melalui Afghanistan setelah melintasi perbatasan sungai Amu Darya dari Uzbekistan,” kata Yusufzai.
Yang lainnya datang melalui Turki dan Iran, kata seorang perwira intelijen Pakistan.
Seorang pejabat intelijen menyebutkan jumlah keseluruhan ‘militan’ Barat di Pakistan sekitar 70 hingga 80.
Mantan kepala keamanan di distrik Waziristan Utara, Jenderal Mehmood Shah, menganggap bahwa dengan sikap Amerika Serikat dan sekutu Baratnya yang terus-menerus menyalahkan Pakistan merupakan masalah tersendiri.
“AS dan Barat harus berhenti menyalahkan Pakistan atas tindakan teror yang dilakukan oleh orang asing setelah mereka mengunjungi wilayah suku kami,” katanya.
“Negara-negara ini (Barat) pun harus memikul beban yang sama dari kesalahan dan tetap mengawasi warga mereka sendiri.” (althaf/arrahmah.com)