BANGUI (Arrahmah.com) – Sebuah organisasi Muslim terkemuka di Afrika telah mengutuk keras genosida terhadap warga Muslim di Republik Afrika Tengah. Mereka mendesak masyarakat dunia untuk mengirim pasukan netral untuk segera menghentikan genosida ini, dan bekerja untuk mencapai keamanan bagi semua warga negara.
“Krisis di Republik Afrika Tengah telah berubah menjadi genosida yang dilakukan terhadap warga Muslim negara itu, dengan respon bisu dari masyarakat dunia. Tragedi ini mengingatkan terhadap genosida suku Tutsi di Republik Rwanda yang telah mempermalukan kemanusiaan sampai hari ini,” Cendikiawan Muslim Uni Afrika mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu (15/2/2014), yang dilansir oleh onislam.net.
“Metode mengerikan dari kejahatan ini, termasuk mutilasi dan membakar korban hidup-hidup di depan kamera, bahkan tanpa perlawanan dari para wanita dan anak-anak, memerlukan reaksi yang tepat dengan mengejar para penjahat dan membawa mereka ke pengadilan,” tambah Cendikiawan Muslim Afrika.
Selama beberapa minggu terakhir, ribuan Muslim sipil yang ketakutan berupaya menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga, berusaha menghindari pembunuhan, penjarahan dan pelecehan yang dilakukan oleh milisi bersenjata yang diambil dari mayoritas Kristen di kota itu.
Mengomentari kekerasan terhadap Muslim yang terjadi di Afrika Tengah, Amnesti International mengeluarkan laporan pekan lalu, memperingatkan bahwa para milisi biadab Anti-Balaka di Republik Afrika Tengah mencoba untuk “membersihkan etnis Muslim”.
Organisasi hak asasi manusia juga menuduh pasukan penjaga perdamaian Perancis gagal melindungi minoritas Muslim yang terancam.
Setelah genosida yang mengerikan terhadap Muslim, Cendikiawan Muslim Uni Afrika telah menuduh pasukan Perancis memihak milisi Kristen anti-Balaka.
“Keberpihakan mereka ditampilkan oleh tentara Perancis dalam melucuti senjata milisi (Seleka), di samping kelemahan dari pasukan Afrika, telah memungkinkan milisi Kristen untuk melakukan kekejaman ini tanpa rasa takut,” kata pernyataan itu.
Para Cendikiawan Muslim Uni Afrika juga menyalahkan Uni Afrika karena gagal untuk melaksanakan tanggung jawabnya, mengulangi skenario tragedi Rwanda di benua itu. Mereka juga mendesak tindakan internasional untuk menyelamatkan daerah tersebut dari ancaman perang etnis dan agama yang semakin meningkat.
“Para Cendikiawan Muslim Uni Afrika juga mengirimkan seruan mendesak kepada masyarakat internasional, termasuk negara-negara dan organisasi, untuk mengirim pasukan netral untuk segera menghentikan genosida ini, dan bekerja untuk mencapai keamanan bagi semua warga negara tanpa memandang ras atau agama mereka,”
Cendikiawan Muslim tersebut juga menyerukan untuk melakukan doa bersama di masjid Afrika dan di seluruh dunia pada shalat Jum’at tanggal 21 Februari ini. Berdoa untuk kembalinya perdamaian dan stabilitas ke negara yang menderita ini.
Kampanye penggalangan dana juga sangat mendesak untuk dilakukan di semua negara untuk membantu para pengungsi baik pengungsi di dalam negeri maupun pengungsi di Chad, Kamerun dan Kongo.
Mantan Menteri Negara Republik Afrika Tengah juga memperingatkan bahwa pembunuh dan kebiadaban yang dilakukan terhadap warga sipil Muslim di Republik Afrika Tengah yang terus berlangsung yang dilakukan oleh milisi barbar anti-balaka bisa menarik kelompok-kelompok pejuang militant Islam baik regional dan internasional.
“Jika orang Kristen tidak berhenti membunuh Muslim, maka saya takut kelompok seperti Al-Qaeda dan Boko Haram mungkin akan terseret ke dalam konflik ini,” Jenderal Mohamed Dhaffane, mantan menteri negara dalam pemerintahan mantan presiden sementara Michel Djotodia , kepada Anadolu Agency, Sabtu (15/2/2014).
Dia juga memperingatkan bahwa mantan pejuang Seleka mungkin akan menyerang kembali jika milisi Kristen tidak berhenti membunuh kaum Muslim.
“Saya telah menasihati ummat Islam dan mantan pejuang Seleka untuk tidak balas dendam terhadap serangan Kristen, tapi mereka juga emsoi dan mereka akan membalas jika orang Kristen terus membunuh mereka,” kata Dhaffane.
Muslim menjadi sasaran serangan dengan frekuensi yang meningkat sejak Januari, ketika Catherine Samba-Panza, seorang Kristen yang telah menjabat sebagai walikota ibukota Bangui, terpilih sebagai presiden.
Milisi Kristen dengan parang terhunus berkeliaran pinggiran kota Bangui, mendirikan pos-pos pemeriksaan ilegal dalam rangka untuk mengidentifikasi Muslim dan kemudian membantai mereka.
Sejumlah Muslim baru saja digantung di siang hari bolong dan tubuh mereka dibakar. Beberapa masjid di Bangui, baru-baru ini telah dihancurkan dan puluhan rumah Muslim dijarah.
Pekan lalu, tidak lama setelah Samba-Panza meninggalkan upacara resmi, ratusan personel tentara menyeret seorang warga sipil dari keramaian dan digantung.
Seiring dengan pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang dan penahanan, dalam Republik Afrika Tengah yang dilanda perang, penyelidikan PBB juga menemukan bukti adanya tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan Muslim.
Dua kasus kanibalisme telah dilaporkan juga, salah satunya yang ditampilkan oleh BBC, yang menunjukkan seorang pria Kristen mengunyah daging Muslim yang dibunuh oleh massa Kristen. (ameera/arrahmah.com)