Oleh Suryani
Pegiat Literasi
Geng motor memang masih sangat meresahkan masyarakat, aksinya kerap mengundang kecemasan dan ketakutan pengguna jalan yang lainnya, hingga tidak sedikit korban yang berjatuhan akibat ulah mereka. Untuk itu, berbagai upaya pun dilakukan terlebih oleh aparat sebagai penegak hukum dan pelindung rakyat dalam memberantasnya.
Baru-baru ini Polres Bandung telah melakukan kegiatan dalam upaya memberantas geng motor. Salah satunya dengan menggelar nonton bareng bersama pelajar SMA Al-Amanah di Ciwidey, Bandung. Film pendek yang berdurasi 10 menit diberi judul “Edukasi Polres Bandung Meniadakan geng Motor.”Acara ini disambut hangat oleh siswa dan siswi sekolah tersebut. (Tribunjabar, 31/7/2024)
Sosialisasi dengan cara pemutaran film ini diharapkan bisa lebih diserap oleh remaja, pesan-pesannya sampai dengan baik, serta mereka bisa menjauhi prilaku yang dapat merugikan orang lain. Selain itu, masyarakat paham akan bahaya geng motor dan mau bekerjasama dengan aparat terkait, dengan segera melaporkan bilamana ada ulah darinya yang membahayakan.
Saat ini memang aparat gencar melakukan berbagai upaya untuk memberantas geng motor, terlebih setelah ada kejadian pembunuhan bermotif cinta yang dilakukan oleh sesama geng motor, seperti kasus pembunuhan Vina di Cirebon. Namun, hal tersebut hanya bersifat parsial tidak menyelesaikan masalah secara tuntas. Faktanya geng motor hingga kini masih saja ada. Ini membuktikan bahwa diibutuhkan penanganan yang komperensif untuk memberantasnya dan mesti dicari akar permasalahannya terlebih dahulu.
Penyebab utama sulitnya memberantas geng motor, sejatinya diakibatkan sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan negeri ini, yakni sebuah sistem yang mengadopsi paham yang memisahkan agama dari kehidupan.
Sehingga bilamana sebuah negara menganut paham ini, maka konsekuensinya muncul berbagai tindakan untuk mengekspresikan kebebasan seseorang dengan berbagai cara seperti kebebasan berperilku, berbicara, beragama atau dalam hal kepemilikan. Mereka memahami kebebasan tersebut tanpa ada batasan norma apalagi batasan syariat. Hingga mudah untuk disusupi pemahanam Barat yang bertolak belakang dengan Islam. Pada akhirnya akan menghantarkan pada kerusakan hingga kriminal.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan geng motor selalu muncul dan sulit dihilangkan. Salah satunya tidak berfungsinya peran keluarga. Keluarga merupakan pilar yang utama dalam menjaga tatanan kehidupan. Saat ini menjadi rusak karena tidak tertunaikannya hak dan kewajiban sesama anggota keluarga. Contohnya seorang ibu yang berperan sebagai pendidik anak-anaknya terpaksa harus terjun mencari nafkah membantu perekonomian keluarga, dan menyerahkan pendidikan buah hatinya ke lembaga-lembaga pendidikan semata.
Di saat orang tua menyerahkan pendidikan di sekolah saja, ternyata pendidikan saat ini pun banyak persoalan, karena lahir dari sistem pendidikan sekuler yang jauh dari nilai-nilai agama. Jangankan akidah Islam, generasi justru dijejali akidah liberal yang datang dari Barat dengan kebebasannya. Akhirnya mereka tidak mampu membedakan perilaku baik atau buruk, bertentangan atau tidak dengan syariat.
Semakin maraknya geng motor juga buah dari sanksi yang diberlakukan negara tidak menjerakan. Apalagi jika para pelaku geng motor ini masih dianggap di bawah umur (di bawah 19 tahun), padahal secara fisik dan kemampuan terkategori dewasa (sudah balig), maka penerapan sanksi tidak berlaku atas mereka. Biasanya, hanya dimasukan ke dinas sosial atau diberi hukuman bersyarat. Disamping itu media yang terus mempropagandakan kebebasan berprilaku, menjadikan generasi mudah sekali terpapar pornografi dan tayangan kekerasan.
Maka bisa disimpulkan bahwa sistem kapitalisme sekuler tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan geng motor ini. Berbeda dengan Islam sebagai agama yang sempurna. Islam mempunyai seperangkat aturan untuk dijalankan oleh manusia, yang tentunya ketika diterapkan akan membawa ketentraman dan kebahagiaan, juga membentengi umatnya dari kerusakan.
Diawali dari peran keluarga. Keluarga merupakan benteng pertama yang akan melindungi semua anggotanya. Ayah dan ibu akan memahami betul hak dan kewajiban masing-masing. Anak yang merupakan amanah yang Allah titipkan akan dijaga sebaik mungkin dan ditunaikan hak-haknya. Hal ini sesuai perintah Allah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari siksa api neraka….” (TQS at-Tahrim ayat 6)
Ibu tidak dilibatkan dalam mencari nafkah sebaliknya akan fokus menjadi pengatur rumah tangga dan pendidik generasi. Di sini negara senantiasa memastikan rakyatnya terutama para ayah bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam hadir untuk mencetak generasi yang mempunyai kepribadian Islam. Oleh karena itu akan terbentuk lingkungan yang Islami jauh dari perilaku-perilaku yang akan membahayakan diri dan orang lain. Di samping itu budaya amar makruf nahi mungkar yang tumbuh subur di tengah masyarakat, akan turut serta mencegah masyarakat dari kerusakan.
Adapun bila tindakan kriminal atau sejenisnya terjadi, maka sanksi tegas akan diterapkan yang memberi efek jera bagi pelaku. Siapapun akan terkena sanksi ketika sudah menjadi mukalaf (orang yang sudah kena taklif hukum).
Fungsi media juga akan benar-benar dikontrol dengan ketat oleh negara. Hanya boleh menayangkan hal-hal yang bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat juga keagungan dan kemajuan Islam. Hingga tidak ada celah sedikit pun bagi rakyat mengakses sesuatu pun yang akan membahayakan diri dan orang lain.
Itulah langkah-langkah Islam dalam mencegah tindakan atau prilaku yang membuat kerusakan. Hal tersebut bisa dirasakan bilamana Islam diterapkan secara menyeluruh dalam sendi-sendi kehidupan, baik individu, masyarakat bahkan negara. Geng motor tidak akan ada karena penjagaannya yang berlapis-lapis. Maka sudah saatnya kaum muslim bersama-sama untuk memperjuangkanny Islam agar kembali ke tengah-tengah kehidupan.
Wallahu’alam bis shawwab.