JAKARTA (Arrahmah.id) – Maraknya permasalahan kesehatan mental di kalangan generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, menjadi perhatian utama Dompet Dhuafa.
Menanggapi situasi ini, Dompet Dhuafa meluncurkan layanan kesehatan mental bernama “Aku Temanmu” pada Rabu (18/12/2024) di Gedung Filantropi, Jatipadang, Jakarta Selatan.
Layanan ini menyediakan nomor hotline 0811-1617-101 yang dapat diakses melalui chat WhatsApp untuk konsultasi awal. Setelahnya, layanan ini memungkinkan sesi konsultasi lebih lanjut secara daring, tatap muka, atau rujukan ke spesialis sesuai kebutuhan.
Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR), Ahmad Juwaini, menjelaskan bahwa Dompet Dhuafa telah lama berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan mental masyarakat.
“Kami telah menjalankan berbagai program, seperti konseling psikologi, program kesehatan jiwa, hingga edukasi dan sosialisasi kesehatan mental. Bahkan kami turut serta dalam pemulihan trauma akibat bencana,” ungkapnya.
Inisiatif ini menjadi jawaban atas tingginya tingkat depresi pada remaja. Berdasarkan data survei kesehatan 2023 dari Kementerian Kesehatan, sekitar 2% remaja mengalami tingkat depresi tinggi, dengan salah satu pemicu utamanya berasal dari konflik internal dalam keluarga.
Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, Imran Pambudi, menekankan pentingnya pencegahan dan promosi kesehatan jiwa melalui pengasuhan yang positif.
“Rumah seharusnya menjadi tempat perlindungan dan kebahagiaan, namun kini justru menjadi pemicu konflik,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya kesehatan mental ibu hamil, karena kondisi jiwa ibu dapat memengaruhi perkembangan janin.
Psikolog Tri Swasono Hadi menambahkan bahwa kesehatan mental memiliki tiga dimensi: terganggu oleh masa lalu, terhambat di masa kini, dan ketidakpastian masa depan.
“Tidak ada kesehatan mental tanpa nilai kebaikan. Peran keluarga dalam memberikan kasih sayang dan dukungan emosional sangat penting untuk membangun mental yang positif,” jelasnya.
Fairuz A. Rafiq, yang turut hadir dalam acara ini, menyoroti pentingnya agama sebagai fondasi dalam membangun kesehatan mental. Ia juga menekankan kepekaan orang tua terhadap kebutuhan anak, termasuk membatasi penggunaan gawai di usia dini.
“Saya memastikan anak-anak saya menggunakan gawai secara tepat dan bijak, sesuai usia mereka,” kata Fairuz.
Inisiator Dompet Dhuafa, Parni Hadi, mengutip lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai refleksi pentingnya kesehatan mental.
“Mari kita bangun jiwanya, baru badannya. Jangan lupa untuk bahagia dan tersenyum bersama,” ujarnya.
(ameera/arrahmah.id)