GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina Hamas telah menolak usulan gencatan senjata yang akan menghasilkan pembebasan sejumlah kecil tawanan Israel dan penghentian permusuhan selama 30 hari, tetapi tidak ada penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Dilansir Middle East Eye (30/10/2024), Hamas secara resmi menolak proposal yang diajukan oleh Qatar, Mesir dan AS, meskipun ada laporan di media Israel bahwa hal itu masih dalam pertimbangan.
Hamas bersikeras bahwa kesepakatan gencatan senjata pada akhirnya harus mengarah pada penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Mesir dan Qatar telah bertindak sebagai mediator antara Israel dan Hamas selama berbulan-bulan.
Pada bulan November, kesepakatan pertukaran tahanan menghasilkan pembebasan sekitar 100 tawanan Israel dengan imbalan sekitar 240 tahanan Palestina.
Tahap pertama dari kesepakatan baru yang diusulkan akan membebaskan 11 hingga 14 warga Israel — termasuk wanita dan orang tua — dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang tidak ditentukan dan gencatan senjata selama 30 hari.
Meskipun usulan saat ini tampaknya tidak akan berhasil, sejumlah pejabat mengatakan kepada media berita Israel Maariv bahwa sejumlah pejabat Amerika yang terlibat dalam pembicaraan tersebut berharap tercapainya kesepakatan gencatan senjata sebelum pemilu AS pada tanggal 5 November.
Pada tanggal 5 Oktober, militer Israel melancarkan serangan baru di Gaza utara.
Hal ini mengikuti “Rencana Jenderal” kontroversial yang diajukan kepada pemerintah Israel, yang bertujuan mengosongkan Gaza utara untuk membangun “zona militer tertutup”, suatu tindakan yang menurut kelompok hak asasi manusia akan menjadi pembersihan etnis.
Menurut rencana, siapa pun yang bertahan akan dicap sebagai anggota Hamas dan dapat dibunuh.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, Unrwa, memperkirakan sekitar 400.000 orang masih berada di Gaza utara, termasuk Kota Gaza.
Sejak perang Israel di Gaza dimulai hampir 13 bulan lalu, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 43.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 100.000 orang.
Lebih dari 10.000 orang hilang dan diduga tewas tertimpa reruntuhan. (hanoum/arrahmah.id)