KARABAKH (Arrahmah.com) – Pada Ahad (18/10/2020), Armenia dan Azerbaijan saling menuduh telah melanggar gencatan senjata kemanusiaan baru dalam memperebutkan daerah kantong pegunungan Nagorno-Karabakh, beberapa jam setelah disepakati, lapor Reuters.
Gencatan senjata yang disepakati Sabtu (17/10) mulai berlaku pada Ahad tengah malam waktu setempat, setelah gencatan senjata yang ditengahi Rusia selama seminggu gagal menghentikan pertempuran terburuk di Kaukasus Selatan sejak 1990-an. Ratusan orang dilaporkan tewas sejak pertempuran dimulai pada 27 September.
Kementerian pertahanan Azeri mengatakan wilayah Aghdam, yang berdekatan dengan Nagorno-Karabakh, menjadi sasaran penembakan Armenia. Dikatakan bahwa unit militer Armenia melepaskan tembakan dari senjata kaliber besar di sepanjang perbatasan, yang dibantah Armenia.
Sementara Armenia mengatakan tentara Azeri telah menembak dua kali pada malam hari dan menggunakan artileri serta menuduh Baku menolak permintaannya untuk menarik tentara yang terluka dari medan perang.
“Langkah ini ditolak mentah-mentah oleh Baku,” kata kementerian luar negeri Armenia dalam sebuah pernyataan. Baku menyebut pernyataan itu salah informasi.
Kementerian pertahanan Azeri mengatakan: “Musuh menembak di sekitar kota Jabrail, serta desa-desa di wilayah ini, menggunakan mortir dan artileri”. Ia menambahkan bahwa tentara Azeri “mengambil tindakan pembalasan yang memadai”.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa unit militer Azeri menjatuhkan pesawat tempur Su-25 Armenia, “yang berusaha untuk melancarkan serangan udara pada posisi tentara Azeri di wilayah Jabrail.” Yerevan pun dengan cepat membantahnya.
Pejabat di Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan Azeri telah melancarkan serangan terhadap posisi militer daerah kantong itu dan ada korban serta luka-luka di kedua sisi.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah pegunungan yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diatur oleh etnis Armenia.
Gencatan senjata awal bulan ini bertujuan untuk membiarkan pihak-pihak menukar tahanan dan mayat mereka yang tewas dalam bentrokan, tetapi itu berdampak kecil pada pertempuran di sekitar daerah kantong.
Gencatan senjata baru diumumkan pada hari Sabtu setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berbicara dengan mitranya dari Armenia dan Azeri melalui telepon dan meminta pihak-pihak untuk mengamati gencatan senjata yang dia mediasi seminggu lalu.
Rusia, Perancis, dan Amerika Serikat termasuk dalam Grup Minsk, yang berusaha membantu menyelesaikan konflik di bawah payung Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).
Baku mengatakan pada hari Sabtu bahwa 60 warga sipil Azeri telah tewas dan 270 luka-luka sejak pertempuran meletus pada 27 September. Mereka belum mengungkapkan korban di kalangan militernya.
Sementara rivalnya mengatakan 710 personel militer dan 36 warga sipilnya telah tewas. (haninmazaya/arrahmah.com)