SANA’A (Arrahmah.com) – Pasukan koalisi pimpinan Saudi yang memerangi milisi Syiah Houtsi di Yaman telah menuduh kelompok yang didukung Iran berulangkali melanggar gencatan senjata dan gencatan senjata bisa mengalami kegagalan, ujar laporan televisi Arab pada Rabu (16/12/2015).
“Jumlah pelanggaran sekitar 150 dan ini tidak mewakili niat yang benar,” ujar Brigadir Jenderal Ahmad Al-Assiri mengatakan kepada stasiun televisi Al-Ekhbariya seperti dilansir Al Arabiya.
“Kami mendesak PBB untuk mengklarifikasi ke Houtsi dan tidak akan ada kesabaran terhadap perbuatan ini dan gencatan senjata bisa runtuh setiap saat,” ujarnya.
Sebelumnya, kedua belah pihak yang terlibat dalam perang Yaman telah menyetujui untuk melakukan gencatan senjata dan pembicaraan damai yang didukung oleh PBB yang diadakan di Swiss, namun keduanya saling menuding salah satu pihak telah melanggar gencatan senjata.
Gencatan senjata selama tujuh hari bertepatan dengan pembicaraan damai di Swiss dimulai sejak Selasa (15/12) untuk menghentikan pertempuran yang telah berlangsung selama sembilan bulan antara milisi Syiah Houtsi yang menduduki Yaman utara dan milisi yang setia kepada pemerintah Hadi dan didukung oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi yang memiliki kekuatan di selatan dan timur.
Pertukaran tahanan
Pejabat dari kedua belah pihak mengatakan pertukaran tawanan akan menjadi salah satu dari tanda positif dalam perang yang telah membunuh hampir 6.000 orang dan menarik kekuatan asing.
Abdel Hakim Al-Hasani, seorang senior milisi pro-Hadi mengatakan 360 anggota Houtsi yang ditahan di Aden akan ditukar dengan pembebasan 265 warga sipil dan pejuang pro-Hadi dengan mediasi suku setempat.
Pejabat dari penjara yang dikendalikan oleh Houtsi di ibukota Yaman, Sana’a, mengatakan tahanan telah dibawa menggunakan bus menuju tempat pertukaran tahanan.
Saksi mata di Aden mengatakan mereka melihat bus-bus yang dijaga oleh militan bersenjata melakukan perjalanan menuju lokasi pertukaran. (haninmazaya/arrahmah.com)