Akhir pekan kemarin (30/3/2012) yang merupakan jum’at terakhir pada bilangan bulan Maret tahun ini, benar-benar menjadi saksi atas perjuangan sebagian besar umat Islam yang masih peduli akan hadirnya kepemimpinan yang sarat akan nilai-nilai syari’at (insyaAllah).
Peserta aksi yang berjumlah ribuan seiring-serentak hadir dari berbagai kota di tanah air. Mereka bersatu-padu berbusana putih meski dengan lambang dan atribut yang berbeda-beda. Sebagian besar memang mewakili ormas atau lembaga dan sebagian lagi datang atas partisipasi sendiri, seperti yang dilakukan oleh Ibu Nur, ibu paruh-baya asal Bekasi yang tampak begitu antusias itu dengan lugas mengungkapkan kepeduliannya terhadap aksi umat Islam dalam berikhtiar memperjuangkan izzah-nya, “Saya berpikir kalau saja setiap mu’min mau bersatu suara dengan memperlihatkan serta menyampaikan penolakan kita terhadap kezhaliman yang sudah dilakukan pemerintah selama ini, insya Allah para antek-antek syetan itu akan lari terbirit-birit juga, kok!” jelasnya bersemangat dan tanpa tedeng aling-aling.
Semangat serupa itu pula yang terasa membahana di siang yang cukup terik membakar Jakarta. Aksi yang dimulai pelaksanaannya ba’da sholat jum’at atau sekitar pukul 13.30 wib tersebut untuk kesekian kalinya kembali memusatkan konsentrasi massanya di lokasi bundaran hotel Indonesia, Jakarta. Ratusan spanduk tampak menghias langit ibukota dengan bertuliskan ragam bentuk ekspresi masyarakat yang mengkritisi pemerintah beserta kebijakan yang dikeluarkannya, mulai dari bubarkan Ahmadiyah, usut tuntas kasus kriminal terhadap FPI, jadikan Indonesia damai tanpa liberal, NKRI bersyari’ah–harga mati, subsidi BBM hak rakyat bukan bantuan pemerintah, hingga ‘plesetan’ SBY=Si Budak Yahudi!…
Ustadz Bernard Abdul Jabbar selaku wakil koordinator lapangan untuk aksi gelombang kedua kali itu yang mendampingi ustadz Awit Masyhuri (komandan korlap), tak lama setelah acara dimulai langsung memberikan beberapa pengarahan kepada jama’ah yang tampak mulai menyemut di area sekeliling air mancur tersebut. Jama’ah dikomando untuk menata dan merapatkan barisan sehingga tidak meluber hingga mengambil hak pengguna ruas jalan utama Sudirman yang merupakan kawasan hotel dan perkantoran itu.
Tak lama, para tokoh yang berasal dari kalangan ulama pun mulai tampak berkumpul di atas mobil bak terbuka milik panitia AKSI SIAGA yang telah di’sulap’ menjadi podium dadakan. Mereka diantaranya adalah Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman (wakil Amir MMI), Ustadz M. Al-Khattath (sekjen FUI), Ustadz Qasim Nurseha (Forum Ukhuwah Islamiyah, Cikarang), Ustadz Chep Hernawan (ketua GARIS), Ustadz Abu Bilal (perwakilan JAT), Ustadz Shobri Lubis (FPI), Drs. Alfian Tanjung (ketua Taruna Muslim), Ustadz Habieb Rizieq Shihab (ketua FPI), dan masih banyak lagi dari perwakilan organisasi Islam yang ada di Indonesia.
Aksi kolosal yang merupakan aksi lanjutan dari aksi pertama yang terjadi pada jum’at (9/3/2012) lalu itu, kali ini mengusung slogan INDONESIA TANPA MAKSIAT sebagai upaya bentuk penolakan terhadap menjamurnya praktek berbagai kemaksiatan di tanah air sekaligus menuntut sikap tegas pemerintah untuk bersikap cepat-tanggap terhadap persoalan dalam negeri yang semakin carut-marut.
Pada sesi pertama yang berlangsung di sekitar tugu selamat datang itu, ustadz H. Mujahidin, SE yang merupakan ketua DPW Partai Bulan-Bintang DKI Jakarta membuka orasinya dengan mengingatkan bahwa umat Islam adalah kelompok mayoritas yang selalu diusahakan untuk dijadikan kelompok minoritas di Indonesia oleh kaum liberal sebagai antek-antek asing. Pemikiran bejat buah pikir kaum liberal itu sudah dijejal ke segala sektor kehidupan umat Islam, mulai dari pendidikan, kesehatan, budaya, ekonomi, hingga ke ruang lingkup agama. “Apakah kita diamkan hal itu, saudara-saudara?!” Lantang jama’ah menjawab, “Tidak!” “Gaung revolusi sudah terdengar di seluruh belahan dunia Islam, ini merupakan momen yang penting bagi kita. Dari PBB (Partai Bulan-Bintang) sendiri dari awal sudah berasas Islam dan kami tetap akan turut memperjuangkan Islam karena hanya dengan syari’ahlah jalan keluar bagi problematika umat akan terpenuhi. Maka marilah bersegera untuk bangkit! Allahu akbar!”
Segenap penjuru memekik takbir. Suasana yang semakin bergelora itu tampak berjalan aman. Ustadz Awit Masyhuri menyampaikan bahwa telah ditempatkan sekitar 100 orang satgas di sekitar lokasi untuk mengamankan aksi dari tindakan-tindakan anarkis yang mencoba mengeruhkan keadaan yang kondusif tersebut. Satgas itu pula yang bertugas mengawal jama’ah untuk tiba di area Monas, titik pusat orasi yang kedua.
Orasi berikutnya hadir ustadz Abu Bilal yang mewakili JAT. “Kedatangan kami disini bukan untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, sebab bagaimana mungkin kami akan bermubahanah dan merengek kepada mereka sementara mereka telah mengumumkan kebenciannya dan permusuhannya selama ini terhadap umat Islam. Bahkan lebih dari itu para dajjal Amerika sudah tak segan-segan lagi untuk memenjarakan dan membunuh umat Islam. Kemaksiatan yang paling besar sesungguhnya adalah melecehkan syari’at Allah Ta’ala. Oleh karena itu untuk menciptakan Indonesia tanpa maksiat, yang harus dilaksanakan adalah membersihkan Indonesia dari campur-tangan para komprador yang telah membuat pemerintahan ini menjadi pemerintahan thoghut.Tugas kita setelah mengetahui hakikat iman adalah berjuang untuk mengembalikan negeri ini menjadi berdaulah Islam. Syari’at Islam dan daulah Islam adalah satu-kesatuan yang tidak akan terwujud tanpa jihad fi sabilillah. Isy kariman au mut syahidan!” La haula wa la quwwata illa billahi.
Ketika detik-detik menuju waktu ashar mulai bergulir, ketua korlap ustadz Awit Masyhuri– sejenak menuntaskan masa orasi untuk kemudian mempersilahkan peserta aksi untuk mencari tempat berwudhu guna menegakkan sholat ashar yang akan dilaksanakan di sekitar Monas. Seiring komando, jama’ah pun bergerak menuju silang Monas tempat sholat berjama’ah akan dilangsungkan, yang juga sebagai tempat puncak orasi akan digelar. Tanpa ba-bi-bu, jama’ah yang terdiri dari berbagai tingkatan usia itu pun langsung bertolak dengan melakukan longmarch. Pekikan takbir yang bersahutan seraya sesekali diiringi nasyid-nasyid penggelora semangat jihad, semakin memantapkan langkah kaki dan do’a yang penuh harap agar seruan ini akan membukakan mata-hati penguasa yang tengah gelap-gulita…
Tolak Putusan MK!
Sebagai kesempatan pertama pada sesi kedua yang berlangsung sekitar pukul empat sore itu, Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman memulai orasinya dengan menyampaikan sebuah firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu berjuang membela Islam pasti Allah akan menolong kamu dan menjadikan kamu berkuasa di muka bumi ini.”
“Dalam negara bersistem demokrasi, manusia atau sekelompok orang bisa terangkat menjadi tuhan dengan sendirinya. Oleh karena itu, Islam mengharamkan manusia menjadi tuhan, sedangkan satu-satunya yang menghambakan manusia hanyalah syari’at Allah Ta’ala. Selain itu keadilan dan kebenaran juga hanya terdapat dalam syari’at Islam. Sementara itu kehadiran kita saat ini bukan menitik-beratkan pada masalah penolakan harga BBM, akan tetapi perkara yang terbesar adalah mengupayakan tegaknya tauhid dan syari’at di bumi Allah. Korupsi adalah salah-satu tindak kejahatan, menzhalimi adalah bentuk kejahatan, tetapi yang mengharamkan perkara yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah adalah sebesar-besar bentuk kejahatan.” Tegasnya dengan lantang.
Wakil Amir MMI yang juga amir Majelis Ilmu Ar-Royyan itu kemudian menyampaikan bahwa ada dua hal yang juga menjadi pusat perhatiannya yaitu mengenai berita terhangat yang berasal dari Mahkamah Konstitusi yang pada 17 Februari 2012 lalu telah menerima uji-coba tentang status anak yang lahir di luar pernikahan atau anak zina telah disejajarkan dengan anak yang lahir dari perkawinan yang syah. MK telah berkeputusan bahwa anak zina memilki hak yang sama dengan anak perkawinan syah, ini adalah juga bentuk penghalalan terhadap apa yang telah diharamkan oleh Allah. Bila keputusan menyesatkan itu tidak segera dicabut, maka ini akan semakin mendorong liberalisme seksual. Padahal Allah Ta’ala telah jelas berfirman di QS. al-‘Isra : 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” Oleh karena itu umat Islam harus bersikap tegas menolak putusan MK itu!
Lalu perihal yang kedua adalah tentang kesetaraan gender yang digaungkan oleh kaum feminisme. Apalah jadinya bila sesuatu yang sudah dibuat garis perbedaannya oleh Sang Pencipta manusia itu–dicoba-coba untuk disetarakan hanya karena sebagai pelegalisasian hawa nafsu semata? Oleh karena itu umat Islam seluruh Indonesia wajib bertekad-bulat berjihad menghadapi hal ini.
Disela-sela orasinya yang demikian bergemuruh, ustadz Abu M. Jibriel pun mengajak jama’ah agar mendo’akan agar para aparat yang tampak bersikap angkuh dengan menopang senjata dan berkeliaran di area Monas membawa anjing-anjing ‘asuhan’nya, agar mereka dibukakan hidayah hingga menjadi laskar-laskar mujahidin yang akan membela Islam dan justru malah bukan mengacungkan senjatanya ke arah umat Islam yang sedang terzhalimi. Ingatlah kembali firman-Nya di QS. al-Hajj : 178,
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (al- Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.”
“Pertolongan Allah adalah sebaik-baik pertolongan dan kemenangan yang sesungguhnya adalah surga yang telah dijanjikan-Nya kepada para mujahid Allah. Oleh karena itu, siapkan diri kita untuk berjuang sepenuh kemampuan untuk hidup hanya berdasarkan petunjuk Allah. Kehadiran kita di tempat ini pasti disaksikan Allah Ta’ala, mudah-mudahan ini menjadi amalan kita dalam upaya berjihad fi sabilillah. Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar!”
Pernyataan Forum Umat Islam
Pada kesempatan terakhir menjelang waktu adzan maghrib berkumandang, sekjen FUI ustadz Muhammad Al- Khattath, membacakan lima poin pernyataan Forum Umat Islam terhadap sikap yang harus diambil pemerintah guna menyelamatkan Indonesia, yaitu:
- Bersihkan Indonesia dari berbagai kemaksiatan,
- Bersihkan Indonesia dari liberal sumber kemaksiatan,
- Bersihkan Indonesia dari Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya,
- Tolak kenaikan harga BBM,
- Turunkan SBY-Budiyono, serta mengangkat presiden dan wakil presiden bersyari’ah.
Al-Khattath juga menghimbau kepada para amir organisasi dan lembaga Islam yang ada di Indonesia untuk segera merapatkan barisan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah serta berjuang bersama FUI untuk menegakkan syari’at Allah SWT yang penuh berkah bagi seluruh rakyat Indonesia secara formal dengan mengangkat presiden bersyari’ah yang akan memimpin dan mengelola NKRI sehingga akan menjadi negeri yang baik dan diridhoi Allah SWT, baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafur.
Menjelang pukul 18.00 wib, korlap kembali mengemas acara untuk persiapan pelaksanaan sholat maghrib. Jama’ah masih terlihat memadat dan masih tampak memiliki gelora perjuangan yang tinggi. Sementara ribuan aparat pun terlihat semakin memperketat kawalannya terhadap istana.
Alhamdulillah, berita yang baik datang ba’da maghrib ditunaikan—istana membukakan pintunya dan mempersilahkan beberapa perwakilan untuk masuk ke ‘gedung putih’ yang sarat akan ketatnya pengamanan itu. Mereka yang berkesempatan untuk menyampaikan aspirasi, diantaranya adalah ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman, Munarman, SH, ustadz Muhammad Al-Khattath, ustadz Habieb Rizieq Shihab, ustadz Shobri Lubis, dan ustadz Abu Ridwan Qinanah. Sementara dari pihak istana sendiri, diwakili oleh Menkopolkam Joko Suyanto, jubir presiden Julian Adrin Pasya, dan staf bagian kepresidenan Daniel Sparingga.
Ustadz Abu M. Jibriel AR yang oleh sekjen FUI telah didaulat menjadi salah-satu kandidat dari tiga orang capres syari’ah itu, berkesempatan menyampaikan ‘wejangan’nya yang ditujukan khusus bagi presiden SBY (yang menurut berita yang tersiar, presiden saat itu memang tengah ada di dalam istana) agar pemerintah jangan bersikap mengadu-domba umat Islam sementara pemerintah sendiri selalu berusaha meng’aman’kan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan hak rakyat serta kewajibannya terhadap rakyat, selain itu wakil amir MMI tersebut mengharapkan pemerintah untuk segera menangani dan menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan terorisme yang ujung-ujungnya acapkali selalu meng’kambing-hitam’kan para ustadz dan umat Islam yang mencoba mengupayakan penegakan syari’at Islam.
Tepat satu jam setelah diterima penghuni istana, para pemimpin organisasi tersebut pun bergabung kembali dengan jama’ah yang masih loyal menanti komando berikutnya hingga aksi kolosal tersebut benar-benar berakhir di bentangan waktu yang sudah menunjuk ke pukul 20.30 wib.
Perjuangan hari ini sekilas memang tampak sudah berakhir, namun perjuangan sesungguhnya baru saja dimulai. Oleh karena itu, umat Islam harus bersegera mempersiapkan diri dengan segala bentuk kemampuan yang dimiliki untuk ‘membersihkan’ tanah-air dari para komprador imperialis-kapitalis yang berselera untuk menancapkan taring-taring syetan mereka serta hegemoni mereka di bumi jihad Indonesia. Seperti yang telah Allah Ta’ala ingatkan dalam QS. ash-Shaff : 8, yang artinya:
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”.
Demikian juga dengan yang Allah Ta’ala firmankan, “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu (tolong-menolong sesama muslim), niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”
Seperti yang sudah kita saksikan; gaung revolusi telah terdengar, jalan untuk berjihad fi sabilillah pun telah terbentang luas, bukankah kita sebagai umat Islam yang sangat mencintai Allah Ta’ala di atas segala-galanya sangat merindukan kesempatan ini? Bukankah ini yang selalu kita bicarakan di majelis-majelis ilmu, di mimbar-mimbar jum’at, di kancah-kancah pertemuan umat? Bukankah ini yang selalu dirindukan para aktivis Islam dalam bukti cintanya kepada khairuddin ini?
Wahai mujahid wal mujahidah, sambutlah seruan mulia ini hingga kejayaan sesungguhnya layak kita rebut: Isy Kariman Au Mut Syahidan, Allahu akbar!!!” (Ghomidiyah)