YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – “Ya Robb, di Yogya mulai sujud rakaat kedua sampai selesai tahiyyat pertama masjidnya bergoyang,” begitu pesan elektronik dari salah seorang pengajar di Ma’had An-Nabawy, ustadz Ahmad Isrofiel Mardlatillah kepada arrahmah.com Sabtu siang ini jam 12.40.
Redaksi di Jakarta sontak kaget membaca berita itu. Saat di cek pada situs BMKG didapati info yang sama tentang adanya gempa bumi di Yogyakarta. Secara teknis situs itu menulis telah terjadi gempa magnitude 6,5 SR pada 25 Januari 2014 jam12:14:20 WIB, lokasi : 8.48 LS-109.17 BT Kedalaman : 48 Km 104 km Barat Daya Kebumen Jateng tidak berpotensi tsunami.
Ustadz Ahmad Isrofiel yang berdomisili di Markaz Majelis Mujahidin (MM) di Jl. Karanglo No.94 Kotagede Yogyakarta, menceritakan saat gempa itu terjadi dia sedang shalat Dzuhur berjamaah di masjid area komplek markaz MM, dan dia bertindak menjadi imam. Jamaah ketika itu ada 15 orang terdiri dari santri dan warga sekitar.
“Kami sedang shalat, pas sujud rakaat kedua, mau tasyahud awal masjid “menari”, ujarnya.
Sepanjang dua raka’at terakhir shalat Dzuhur di siang itu hingga tahiyyat akhir selesai, jamaah berdiri, ruku’ dan sujud dengan gemetar, dengan bangunan masjid yang letaknya di lantai dua itu bergoyang, “menari” istilah ustadz Isrofiel. Subhanallah.
“Saat berdiri gemetaran,” katanya.
Meski demikian para jamaah tetap tenang melaksanakan shalat, insya Allah khusyu, hingga akhir. Bahkan, kata ustadz Isrofiel, salah seorang jama’ah mengatakan kesiapannya mati saat shalat sedang dilaksakannya.
“Gak papa kalau kita mati saat lagi sujud ustadz,” ujar seorang santri.
Usai shalat, ustadz Isrofiel memberikan tausiyah kepada para jama’ah memperbanyak dzikir, bertasbih dan harus mempunyai amalan andalan untuk bekal di akhirat.
Meski saat gempa berlangsung terdengar suara benda jatuh, namun tidak ada kerusakan yang berarti pada bangunan masjid dan markaz MM, hanya ada dinding kamar mandi yang retak sedikit. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. (azm/arrahmah.com)