LOMBOK (Arrahmah.com) – Setidaknya 82 orang meninggal dunia pada Ahad (5/8/2018) ketika pulau Lombok dilanda gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter.
Gempa dahsyat memicu kepanikan di antara wisatawan dan penduduk, dan juga dirasakan di pulau tetangga, Bali.
Di Lombok, ribuan orang melarikan diri dari rumah mereka untuk berkumpul di tempat penampungan darurat di ruang terbuka, kata Badan Penanggulangan Bencana Nasional.
Daerah itu terus diguncang gempa susulan akibat gempa, yang terjadi beberapa hari setelah gempa 6,4 menghantam Lombok pada 29 Juli, menewaskan 14 orang dan melukai 162 orang.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional menempatkan korban tewas pada Ahad berjumlah 82, lebih dari dua kali lipat dari angka sebelumnya 32. Banyak yang meninggal dunia berasal dari bagian utara dan barat Lombok.
Gempa melanda Lombok di sore hari pada kedalaman 10 km.
Sebagian besar Lombok mengalami pemadaman listrik.
Para pelancong di bandara internasional di Lombok dan Bali dilanda kepanikan dan ada kerusakan kecil pada bangunan tetapi operasi tidak terganggu, kata pihak berwenang.
Gempa itu terasa selama beberapa detik di Bali, di mana orang-orang keluar dari rumah, hotel, dan restoran.
“Semua tamu hotel berjalan, jadi saya juga. Orang-orang memenuhi jalanan,” kata Michelle Lindsay, seorang turis Australia. “Banyak pejabat mendesak orang untuk tidak panik.”
Saksi-saksi lain mengatakan bahwa gempa awal tumbuh dalam intensitas selama beberapa detik, jendela berderak dan pintu, dan ada banyak gempa susulan.
Agen penanggulangan bencana mendesak orang untuk menjauh dari laut. Namun, peringatan awal tsunami dengan gelombang hingga setengah meter kemudian ditarik.
Saffron Amis, seorang mahasiswa Inggris yang mengunjungi Kepulauan Gili di lepas pantai barat laut Lombok, mengatakan kepada Reuters melalui pesan teks bahwa puluhan turis dievakuasi ke sebuah bukit setelah gempa.
(fath/arrahmah.com)