HINDU KUSH (Arrahmah.id) — Benua Asia kembali diguncang oleh serangkaian gempa bumi dalam beberapa hari terakhir, dengan kejadian terbaru melibatkan gempa berkekuatan 5,9 magnitudo yang mengguncang wilayah Hindu Kush di Afghanistan pada Rabu (16/4/2025) dini hari.
Menurut Pusat Seismologi Nasional (NCS), getaran gempa terasa hingga ke India utara, termasuk wilayah Delhi-NCR,
Gempa terjadi pada pukul 04.43 waktu setempat dengan kedalaman 75 kilometer.
“EQ M: 5,9, Pada: 16/04/2025 04:43:58 IST, Lintang: 35,83 LU, Bujur: 70,60 BT, Kedalaman: 75 Km, Lokasi: Hindu Kush, Afghanistan,” tulis NCS dalam unggan di X, seperti dimuat Gulf Times (16/4/2025).
Meskipun belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau kerusakan besar, pihak berwenang dan lembaga kemanusiaan terus memantau situasi.
Kawasan Hindu Kush dikenal sebagai salah satu zona seismik paling aktif di dunia. Afghanistan, yang berada di antara lempeng tektonik India dan Eurasia, menghadapi risiko tinggi terhadap bencana seismik.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA) memperingatkan bahwa dampak bencana alam di Afghanistan sering kali diperparah oleh kondisi sosial dan ekonomi yang rapuh.
“Gempa bumi yang sering terjadi secara tidak proporsional berdampak pada masyarakat yang telah dilemahkan oleh konflik selama puluhan tahun dan keterbelakangan kronis,” ungkap UNOCHA dalam laporannya.
Palang Merah juga menegaskan bahwa gempa besar merupakan kejadian tahunan di wilayah Hindu Kush.
“Afghanistan memiliki sejarah panjang gempa bumi besar. Wilayah seperti Herat dan Hindu Kush berada di jalur patahan yang aktif secara geologis,” jelas lembaga tersebut.
Hanya beberapa menit setelah gempa di Afghanistan, gempa berkekuatan 2,4 magnitudo mengguncang distrik Kishtwar di Jammu & Kashmir, India, pada pukul 05.14 waktu setempat. Gempa dengan kedalaman 5 km ini dilaporkan tidak menimbulkan kerusakan.
Sementara itu, wilayah Tibet juga mengalami rangkaian gempa dalam tiga hari terakhir. Gempa terbaru berkekuatan 4,2 magnitudo terjadi pada Rabu pukul 03.50 pagi IST, dengan kedalaman 26 km. Dua gempa sebelumnya tercatat pada 15 dan 14 April, dengan kekuatan 3,5 dan 4,1 magnitudo.
Pada hari yang sama, gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang wilayah selatan Filipina.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan bahwa gempa berpusat di lepas pantai pulau Mindanao, dengan kedalaman 30 kilometer.
Pejabat setempat di kota Maitum menyatakan tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa.
“Gempa itu kuat tetapi tidak berlangsung lama. Kami telah memeriksa tetapi hasilnya negatif,” ujar Gilbert Rolifor, seorang pejabat pemadam kebakaran setempat.
Filipina memang berada di sepanjang “Cincin Api Pasifik”, zona dengan aktivitas vulkanik dan seismik tinggi yang juga melintasi Jepang, Indonesia, dan wilayah pesisir Amerika.
Rangkaian gempa ini kembali menyoroti perlunya sistem tanggap darurat dan infrastruktur tahan gempa, terutama di wilayah-wilayah berisiko tinggi.
Tragedi yang terjadi di Afghanistan pada Oktober 2023, ketika gempa berkekuatan 6,3 magnitudo menewaskan lebih dari 1.000 orang menjadi pengingat bahwa perencanaan ketahanan jangka panjang sangat penting untuk mengurangi dampak bencana serupa di masa depan. (hanoum/arrahmah.id)