DAMASKUS (Arrahmah.id) – Sedikitnya 538 orang tewas dan lebih dari 1.444 terluka di Suriah barat laut setelah gempa dahsyat Senin pagi (6/2/2023), dengan jumlah korban tewas “kemungkinan akan meningkat” saat petugas medis menyelamatkan ratusan keluarga yang terperangkap di bawah reruntuhan, kata seorang sumber medis kepada The New Arab.
“Kami siaga maksimal untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan. Puluhan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal. Ada ratusan bangunan hancur dan ribuan bangunan rusak,” kata Munir Moustafa, wakil direktur divisi urusan kemanusiaan Pertahanan Sipil Idlib kepada TNA.
Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter yang melanda Turki dan Suriah pada dini hari Senin (6/2/2023) telah menewaskan ratusan orang dan meratakan bangunan di kedua negara.
Gempa bumi ini merupakan salah satu yang terbesar di kawasan itu dalam satu abad terakhir, menghantam Suriah dengan sangat keras, di mana infrastruktur yang dilanda perang dan pengungsi internal (IDP) di perumahan di bawah standar yang sudah rentan jadi makin rentan.
Penembakan selama bertahun-tahun oleh jet Rusia dan rezim juga meninggalkan banyak bangunan di atas fondasi yang sudah tidak kokoh sebelum terjadinya gempa.
“Skala bencana di luar kemampuan kami,” kata Moustafa.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk membantu respons kemanusiaan di barat laut Suriah, menekankan bahwa sekitar dua juta pengungsi di daerah tersebut akan membutuhkan lebih banyak bantuan daripada yang dapat diberikan oleh organisasi lokal.
Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) memperingatkan pada Senin (6/2) bahwa gempa bumi akan memperburuk krisis kemanusiaan yang ada di Suriah.
“Di tengah badai musim dingin dan krisis biaya hidup yang belum pernah terjadi sebelumnya, sangat penting bahwa warga Suriah tidak dibiarkan menanggung akibatnya sendiri,” kata Carl Hansen, direktur regional Timur Tengah untuk NRC.
Molham, sebuah organisasi bantuan yang berbasis di Turki yang bekerja di barat laut Suriah, memulai penggalangan dana pada Senin pagi (6/2) untuk membantu respons bantuan.
“Saat ini, kami fokus pada kebutuhan yang paling mendesak, seperti pemanas untuk keluarga dan mencari rumah baru, serta [mengamankan] makanan,” kata Faisal al-Aswad, koordinator tanggap darurat Molham, kepada TNA.
Pertahanan Sipil Suriah selanjutnya mendesak masyarakat internasional untuk menekan Rusia dan rezim Assad agar tidak membom daerah yang terkena dampak sehingga operasi kemanusiaan dapat berjalan tanpa hambatan.
Daerah Suriah yang dikuasai rezim juga terkena dampak parah, dengan sedikitnya 240 tewas dan 600 terluka, menurut Kementerian Kesehatan Suriah.
Presiden UEA, Mohammed bin Zayed, menelepon Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Senin sore untuk “mengungkapkan solidaritas” dan menawarkan bantuan untuk pemulihan negara. (zarahamala/arrahmah.id)