HATAY (Arrahmah.id) – Gempa bumi dangkal berkekuatan 6,4 skala Richter telah menghantam wilayah perbatasan Turki dan Suriah, menewaskan sedikitnya tiga orang, dua pekan setelah wilayah tersebut dilanda gempa bumi yang menewaskan puluhan ribu orang.
Gempa susulan pada Senin (20/2/2023) berpusat di provinsi paling selatan Turki, Hatay, dengan kedalaman 2 km (1,2 mil), kata Pusat Seismologi Mediterania Eropa.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan bahwa tiga orang tewas dan lebih dari 200 orang lainnya terluka.
Gempa tersebut melanda kota Defne pada pukul 20:04 (17:04 GMT) dan sangat terasa di ibu kota Hatay, Antakya, dan di Adana, 200 km (300 mil) ke arah utara, lansir Al Jazeera.
Gempa kedua berkekuatan 5,8 SR mengguncang wilayah tersebut beberapa menit kemudian, kata badan penanggulangan bencana Turki. Gempa ini berpusat di distrik Samandag, Hatay.
Kantor berita pemerintah Turki, Anadolu, mengatakan bahwa gempa tersebut terasa hingga ke Suriah, Yordania, “Israel” dan Mesir.
Provinsi Hatay terletak di Laut Mediterania, dan badan bencana mendesak orang-orang untuk menjauh dari pantai, dan memperingatkan bahwa gempa tersebut dapat menyebabkan permukaan air laut naik hingga 50 cm (20 inci).
Kantor berita Suriah SANA, melaporkan enam orang terluka di Aleppo akibat tertimpa reruntuhan bangunan, sementara walikota Hatay mengatakan bahwa sejumlah bangunan runtuh dan membuat orang-orang terjebak di dalamnya.
Sangat ketakutan
Assed Baig dari Al Jazeera, melaporkan dari Gaziantep, Turki, mengatakan bahwa gempa susulan masih terus terjadi dan ada laporan bahwa ada lebih banyak bangunan yang hancur di wilayah tersebut.
“Ada bangunan yang masih berdiri namun telah rusak,” kata Baig. “Ketakutannya adalah jika ada lebih banyak gempa susulan seperti ini, bisa merobohkan bangunan-bangunan itu, mengancam nyawa. Banyak orang di sini sangat ketakutan.”
Para saksi mata mengatakan bahwa tim penyelamat Turki berlarian setelah gempa terbaru, memeriksa apakah ada orang yang membutuhkan bantuan.
Muna al-Omar mengatakan ia sedang berada di sebuah tenda di sebuah taman di pusat kota Antakya saat gempa bumi terjadi pada Senin.
“Saya pikir bumi akan terbelah di bawah kaki saya,” katanya, sambil menangis sambil menggendong putranya yang berusia 7 tahun. “Apakah akan ada gempa susulan lagi?”
Gempa bumi berkekuatan 7,8 dan 7,6 skala Richter menghantam Turki bagian tenggara dan negara tetangganya, Suriah, pada tanggal 6 Februari lalu, menewaskan lebih dari 47.000 orang dan menyebabkan satu juta orang kehilangan tempat tinggal. Kerugian ekonomi akibat bencana ini diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar.
Mehmet Kokum, asisten profesor geologi yang berbasis di Elazig, Turki, mengatakan bahwa telah terjadi lebih dari 5.000 gempa susulan sejak tanggal 6 Februari.
“Ini sudah diperkirakan sebelumnya,” katanya kepada Al Jazeera. “Kami tahu berdasarkan pengalaman kami, gempa susulan akan berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tapi itu akan berkurang dari hari ke hari.”
Lutfu Savas, Walikota Hatay, mengatakan sejumlah bangunan runtuh pada Senin. Savas mengatakan mereka yang terjebak diyakini telah kembali ke rumah mereka atau sedang berusaha memindahkan perabotan dari rumah yang rusak.
Di kota Adana, Turki, Alejandro Malaver mengatakan bahwa orang-orang melarikan diri dari rumah mereka ke jalan-jalan dan membawa selimut ke mobil mereka, di mana banyak yang berencana untuk tidur. (haninmazaya/arrahmah.id)