KABUL (Arrahmah.id) — Gempa susulan terus dirasakan di daerah yang dilanda gempa mematikan di Afghanistan pekan lalu dan daerah itu tetap tidak aman bagi para penyintas. Hal itu diungkapkan seorang pejabat senior Afghanistan pada Senin (27/6/2022).
Gempa paling merusak Afghanistan dalam beberapa dasawarsa melanda wilayah tenggara terpencil dekat perbatasan Pakistan pada Rabu pekan lalu.
Bencana itu menewaskan sedikitnya 1.000 orang, melukai 3.000 dan menghancurkan 10.000 rumah.
“Di antara yang tewas adalah 155 anak-anak, dengan hampir 250 anak-anak terluka dan 65 yatim piatu,” sebut pernyataan Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA), seperti dikutip dari Reuters (26/6/2022).
“Tempat itu belum aman,” kata penjabat Menteri Kesehatan Masyarakat Afghanistan, Qalandar Ibad pada konferensi pers di Kabul.
Ia menambahkan bahwa getaran terus terasa di daerah itu.
Gempa susulan pada hari Jumat menewaskan lima orang dan melukai 11 orang. Tidak ada laporan korban luka dalam gempa berikutnya yang dilaporkan oleh Ibad.
Menurutnya, bangunan yang rusak sebagian pada guncangan utama tidak dapat ditinggali, dan orang-orang harus tinggal di tenda.
Di sisi lain, dia mengatakan merkuri akan turun dengan cepat dalam beberapa minggu mendatang di pegunungan dan ini menghadirkan tantangan baru bagi pihak berwenang.
“Orang-orang tidak memiliki tempat perlindungan – orang tua, anak-anak. Kami meminta masyarakat internasional untuk memperhatikan,” katanya.
Bencana itu merupakan ujian besar bagi Taliban yang dijauhi oleh banyak pemerintah asing karena kekhawatiran tentang hak asasi manusia sejak mereka merebut kekuasaan tahun lalu.
Selain itu, sanksi terhadap badan-badan pemerintah Afghanistan dan bank telah memutus sebagian besar bantuan langsung untuk negara yang menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk kelaparan, bahkan sebelum gempa berkekuatan 6,1 melanda.
Sebuah badan bantuan Afghanistan pada hari Senin meminta uang tunai untuk para penyintas gempa, mengatakan tidak ada ruang untuk menyimpan makanan dan memiliki tenda yang cukup, dan bahwa uang untuk penduduk desa untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka akan sangat berguna sekarang.
“Orang-orang meminta uang tunai di daerah tersebut. Mereka mengatakan bahwa mereka telah menerima cukup bantuan,” kata wakil kepala Masyarakat Bulan Sabit Merah Afghanistan (ARCS), Mullah Noordden Turaby, kepada wartawan.
Turaby mengatakan bahwa ARCS tidak memiliki tempat untuk menyimpan makanan dan mereka memiliki tenda yang cukup untuk berlindung.
Dia mengatakan uang tunai akan lebih berguna bagi para penyintas yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dan ARCS dapat membantu mendistribusikan uang jika para donor khawatir tentang transparansi. (hanoum/arrahmah.id)