DJIBOUTI (Arrahmah.com) – Aksi protes yang terinspirasi oleh Tunisia dan Mesir saat ini sedang menyapu Timur Tengah dan Afrika Utara. Rakyat Djibouti menyerukan agar presiden mereka untuk turun, sementara di Suriah rakyat memprotes kedzaliman yang ditampakkan oleh aparat keamanan negara mereka, Al Arabiya melaporkan.
Ribuan pemrotes, terutama mahasiswa, berkumpul di Djibouti pada hari Jumat (18/2/2011), menuntut Presiden Ismail Omar Guelleh (IOG) untuk turun dari kursi kepresidenan, kata saksi.
Demonstrasi semacam ini jarang terjadi di negara kecil di Tanduk Afrika. Aksi ini diselenggarakan di tengah kekesalan rakyat kepada presiden Djibouti, yang tahun lalu telah mengubah konstitusi untuk memungkinkan dia kembali mencalonkan diri dalam pemilu April mendatang.
“Turunkan IOG!”, ditulis di salah satu spanduk. “Tolak pencalonan kembali IOG!”, seperti ditulis di poster lain.
Sejumlah aparat kepolisian telah disebar dan menjaga ketat para demonstran yang berkumpul di sebuah stadion. Mereka berniat tinggal di sana sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Para pejabat dari Persatuan bagi Perubahan Demokratis, gabungan dari tiga partai oposisi, memberikan pidato menyerukan pengunduran diri Guelleh.
Pemimpin kelompok itu, Ismael Guedi Hared, sebelum demonstrasi, mengatakan kepada AFP Guelleh harus meninggalkan kekuasaannya. Herad juga menyerukan gerakan protes berkelanjutan seperti yang telah melanda dunia Arab dalam beberapa pekan terakhir.
“Untuk saat ini, tujuan kami adalah untuk mengenyahkan Ismail Omar Guelleh dari kekuasaan,” katanya.
Ketika ditanya apakah ia berharap untuk memperoleh skenario seperti Mesir, ia berkata: “Ya, itu saja.”
Guelleh (63) telah berkuasa sejak tahun 1999 dan konstitusi baru baru memungkinkan Guelleh untuk terus menjabat selama dua periode, atau enam tahun lebih.
Sementara itu, di Suriah, ratusan pengunjuk rasa dari Aram melakukan protes terhadap pasukan keamanan setelah polisi lalu lintas menyerang seorang pemuda di ibukota Kota Tua, sebuah situs oposisi melaporkan pada hari Jumat (18/2).
Situs all4Syria.info yang berbasis di Dubai mengatakan Imad Nasab, anak seorang pedagang di Hariqa, diserang oleh petugas polisi lalu lintas. Penyerangan ini memicu aksi protes spontan pada hari Kamis (17/2) sebagai wujud solidaritas terhadap korban.
“Orang-orang Suriah tidak akan malu dipermalukan,” teriak para pemrotes.
“Polisi dan pencuri” dan “Kami akan mengorbankan jiwa dan darah kami” adalah beberapa slogan-slogan yang digunakan oleh para demonstran.
Situs ini mengatakan bahwa mereka memblokir lalu lintas selama tiga jam dan meminta menteri dalam negeri, yang muncul di tempat kejadian, untuk menangkap para polisi yang terlibat.
Pemberontakan semacam ini telah terjadi sejak bulan lalu di wilayah Afrika dan Timur Tengah. Protes semacam inilah yang telah menurunkan dua otokrat veteran, Zine El Abidine Ben Ali di Tunisai dan Hosni Mubarak di Mesir.
Ternyata dua fenomena keruntuhan rezim ini telah memberikan efek domino di wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya. Sementara pemerintah Libya, Yaman, dan Bahrain terus mencari cara untuk menumpas aksi demonstrasi di negeri mereka. (althaf/arrahmah.com)