WASHINGTON (Arrahmah.com) – Seorang wanita asal Amerika Serikat bernama Julia Buscaglia dinyatakan positif mengidap virus Corona. Wanita berusia 20 tahun itu mengatakan dia memiliki gejala yang tidak sama dengan identifikasi virus corona selama ini.
Julia tidak mengalami gejala batuk, tapi memiliki gangguan indra pendengaran, perasa, dan penciuman. Buscaglia, yang berada di Italia saat gejala awal timbul, membagikan pengalamannya di twitter dan menjadi viral karena berbeda dengan gejala pasien lainnya.
“Saya memberitahu ini karena tidak semua gejalayang diumumkan itu merupakan seluruh gejala yang ada. Dan kamu tidak perlu mendapat gejala tersebut untuk positf covid-19. Seperti saya, hanya punya gejala demam saja,” kata dia, lansir CNBC Indonesia, mengutip New York Post, Selasa (24/3/2020).
Gejala penyakit ini biasanya muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar termasuk batuk kering, demam, dan sesak napas, menurut CDC.
Buscaglia mengungkapkan, dia pertama kali merasa sakit pada 29 Februari tetapi mengatakan satu-satunya gejala yang cocok dari Covid-19 adalah demamnya.
“Saya bangun pagi dengan kesakitan. Kepalaku berdebar, telingaku berdenyut, dan rasanya tenggorokanku seperti terbakar. Tubuh saya sakit, saya kedinginan, dan saya demam/ Saya mengonsumsi anti-inflamasi dan tinggal tidur sepanjang hari,” tulis Buscaglia.
Pada 1 Maret, dia bangun dengan perasaan lebih baik tetapi memutuskan untuk pergi ke dokter karena meningkatnya masalah virus corona di Italia.
Dokter mengatakan dia hanya pilek, tetapi kemudian dia mulai kehilangan pendengaran di telinga kirinya, meskipun tidak batuk.
Keesokan harinya, kedua telinganya jauh lebih sakit, bahkan dia bisa merasakan dahak di bagian belakang tenggorokannya. Dia menepisnya sebagai gejala flu saja.
“Ketika Italia mulai menjadi tempat yang memprihatinkan, program kami mendesak kami untuk pulang,” tulisnya.
Kondisinya memburuk pada hari terakhirnya di Italia.”Saya masih belum bisa mendengar, dan pada titik ini saya kehilangan semua kemampuan untuk merasakan dan mencium, namun saya tidak memiliki pilek atau batuk. Saya sakit kepala terus-menerus di siang hari yang baru saja saya obati dengan Tylenol. Saya pergi keesokan paginya untuk kembali ke Amerika,” tuturnya.
Hilangnya indra perasa dan indra penciuman baru-baru ini dikaitkan dengan gejala baru virus corona. Buscaglia pun kembali ke AS pada 4 Maret dan merasa takut.
“Saya terbang pulang, dan tidak seorang pun bertanya di mana saya berada sebelumnya. Bahkan di bea cukai. Mereka tidak berkedip menatapku. Saya singgah di kota-kota besar,” tulisnya.
Dia memilih tinggal di rumah dari tanggal 5 hingga 13 Maret dan hanya melakukan kontak dengan dua orang. Dia mengatakan dia mengalami batuk basah bukan batuk kering yang biasanya terkait dengan infeksi COVID-19.
Pada 13 Maret, ia diuji untuk COVID-19. Keesokan harinya tanpa gejala selain dari batuk yang tersisa sedikit Buscaglia mendapat telepon bahwa dia dinyatakan positif COVID-19.
“Rahangku ternganga. Bagaimana saya positif? Saya tidak memiliki gejala di berita, saya mendapat izin dari dokter, dan tidak ada yang peduli di bea cukai (bahwa) saya berasal dari negara berisiko tinggi,” ungkap nya.
Meskipun Buscaglia mengatakan dia merasa benar-benar sehat sekarang, dia tetap di karantina sampai hasilnya negatif dua kali. Hingga saat ini dia pun tidak tahu bagaimana dia bisa terinfeksi.
“Saya ingin Anda memahami banyak orang seusia saya tidak menunjukkan gejala Covid-19. Aku tahu kita bercanda dan tertawa tentang tidak memiliki virus ini. Tapi ini bukan lelucon lagi,” ujarnya.
(ameera/arrahmah.com)