GAZA (Arrahmah.id) – Eliran Mizrahi, seorang tentara cadangan ‘Israel’ di korps teknik, berpartisipasi selama 5 bulan dalam perang di Gaza, dan sering mengunggah konten video untuk para pengikutnya di media sosial yang menunjukkan penghancuran rumah-rumah di Gaza. Dalam semua kontennya, Mizrahi tampak bahagia dan bangga atas pembunuhannya terhadap warga Palestina.
Namun, platform media sosial seringkali mencerminkan gambaran tidak nyata yang jauh dari kenyataan. Pada Ahad (9/6/2024), radio ‘Israel’ melaporkan bahwa seorang tentara melakukan bunuh diri setelah menerima perintah untuk kembali bertugas militer di Jalur Gaza.
Setelah kesaksian ini, berita mulai menyebar di platform media sosial ’Israel’ tentang bunuh diri Eliran Mizrahi, karena ia dipanggil untuk berperang lagi setelah menderita gangguan psikologis pasca perang di Gaza, dan bahwa Kementerian Pertahanan ‘Israel’ akan mengadakan pemakaman militer yang layak untuknya.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, pemberitaan pers menyatakan bahwa kementerian menolak menguburkan Mizrahi secara militer, karena ia tidak resmi bertugas.
Karena negara menolak menguburkan Mizrahi secara militer, saudara perempuannya merilis video dan mengirim pesan kepada Menteri Pertahanan ‘Israel’ Yoav Gallant memintanya untuk turun tangan guna membebaskan jenazah saudara laki-lakinya, yang ditahan di Institut Kedokteran Forensik.
Dia mengatakan dalam pesan videonya, “Jangan simpan dia di sana sampai Hari Raya Buah Sulung (Shavuot), yang jatuh pada Selasa dan Rabu.
Dia menambahkan, “Saya berbicara kepada Anda. Saya sangat menyadari bahwa file tersebut ada di meja Anda. Saudara laki-laki saya ada di Abu Kabir. Dia terbaring di sana dan menunggu keputusan Anda.”
Ketika berita menyebar bahwa pemerintah ‘Israel’ menolak mengakui Mizrahi sebagai tentara dan menguburkannya dengan upacara militer, media sosial meledak dengan berita tersebut, dan kemarahan serta kecaman pun menggema di kalangan netizen ‘Israel’.
Sebuah kampanye dimulai di media sosial yang menuntut agar pemerintah ‘Israel’ menguburkan prajurit cadangan tersebut dengan upacara militer. Anggota Knesset Yulia Malinovsky mengirim pesan di X kepada Menteri Pertahanan Gallant menuntut agar dia menguburkan prajurit cadangan tersebut sebagai seorang tentara di militer pendudukan, “Aparat keamanan harus menyadari bahwa prosedur yang terjadi sebelum 7 Oktober sudah tidak sesuai lagi untuk saat ini, karena kenyataan lebih kuat dari tindakan apa pun.”
Dia menambahkan dalam unggahannya bahwa pihak keamanan diharapkan memahami kenyataan dan mengubah prosedur, atau bersikap fleksibel dalam kasus-kasus luar biasa, seperti dalam kasus Eliran Mizrahi, yang mengakhiri hidupnya sebagai akibat langsung dari syok yang dideritanya saat itu. Keinginan keluarga yang dibenarkan harus dihormati dan Eliran harus dimakamkan secara militer.
Yang lain mengomentari penolakan Kementerian Pertahanan untuk menguburkannya secara militer dengan mengatakan, “Apa yang harus kita lakukan adalah mengakui dia sebagai anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan mengizinkan dia untuk dimakamkan di pemakaman militer di ketentaraan, mengingat kontribusi serta pengorbanannya untuk negara dengan mengorbankan nyawanya.”
Mengenai penderitaan Mizrahi yang mengalami gangguan psikologis pasca perang di Gaza, salah seorang netizen di X mengomentari kasus tersebut dengan mengatakan, “Sayangnya, kasus mendiang Eliran Mizrahi hanyalah permulaan, dan ‘Israel’ pada 2024 tidak mampu atau siap untuk menangani tsunami para pejuang yang membutuhkan rehabilitasi mental karena perang di Gaza.
Salah seorang netizen juga mengatakan bahwa Mizrahi mengorbankan dirinya untuk negara, namun negara meninggalkan dia dan keluarganya.
Sebelumnya, surat kabar ‘Israel’ Haaretz mengungkapkan bahwa 10 perwira dan tentara pendudukan telah melakukan bunuh diri sejak 7 Oktober, beberapa di antaranya bunuh diri dalam pertempuran di permukiman sekitar Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)