MELBOURNE (Arrahmah.com) – Politikus fasis Belanda Geert Wilders menyebut Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) adalah “pembunuh” dan menggunakan tentara Anzac sebagai contoh keberanian yang dibutuhkan untuk berbicara menentang Islam dalam pidato di hadapan para pendukungnya di Melbourne.
Keamanan ketat mengawal pidato panjang Wilders di hadapan para anggota kelompok ultra-konservatif lokal Q Society of Australia di gedung La Mirage di Somerton di utara Melbourne, Australia, pada Selasa (19/2/2013) malam, sebagaimana dilansir The Age Australia.
Kunjungan Wilders ini juga disambut oleh protes massa yang kesal dengan aksi Wilders menyebarkan kebencian. Sekitar 50 polisi, sebagiannya berkuda, menjaga para demonstran yang berdiri dan berorasi di pinggir Hume Highway di luar tempat acara itu.
Wilders mengatakan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) adalah “pemimpim biadab dari geng para perampok” yang “memperkosa dan membunuh serta memutilasi para penentangnya,” sebuah tuduhan yang sangat dusta dan keji.
Wilders datang ke Australia untuk memprovokasi warga Australia agar menentang Islam dan Muslim dengan dalih “memberi peringatan.”
Negara-negara Eropa seperti Belanda “sedang dalam proses kehilangan identitas kami dan kebebasan kami, dan Saya mewanti-wanti Australia tentang sifat Islam sebenarnya.”
“Ini (Islam) bukanlah sebuah agama, ini adalah ideologi berbahaya dan totaliter,” katanya.
Wilders takut Islam akan mendominasi negara-negara Barat yang mengusung “kebebasan.” Telah diketahui bahwa jumlah Muslim di negara-negara Eropa terus meningkat, dan Wilders memperingatkan Australia untuk membendung arus imigrasi dari negara-negara Muslim agar Australia tidak mengalami hal seperti negara-negara Eropa.
Kampanye Islamofobia Wilders ini banyak mendapat protes dari warga Australia baik Muslim maupun non-Muslim.
Contohnya saja Feiyi Zhang, pengorganisir demonstrasi menentang Wilders, mengatakan “kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami tidak berdiri untuk rasisme dan Islamofobia Wilders.” Zhang menambahkan bahwa pidato Wilders bisa memicu kekerasan terhadap umat Islam dan ketakutan terhadap Islam.
“Promosi dan rasismenya adalah sangat mengerikan di dunia beradab ini,” kata Nadia Shamsuddin, seorang dokter Muslim yang turut dalam protes ini.
Suaminya Raj Rao mengatakan, “Wilders menuduh Islam mempromosikan kebencian dan kekerasan, tetapi Saya rasa itulah yang dia sedang lakukan.”
Rao menambahkan bahwa Al-Quran membawa pesan untuk tunduk kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dan perdamaian.
Alasan imigrasi dipakai sebagai dalih meningkatnya jumlah Muslim di negara-negara Barat, padahal tak sedikit dari mereka adalah para muallaf. (siraaj/arrahmah.com)