SYDNEY (Arrahmah.com) – Akhirnya pemerintah Australia mengizinkan politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders, yang terkenal dengan kata-kata dan aksi menentang Islam, mengunjungi Australia, yang membuat kecewa masyarakat Muslim setempat.
“Saya kecewa mereka membiarkan lelaki penghasut ini masuk ke negara ini,” kata Khaled Sukkarieh, ketua Dewan Islam di New South Wales, kepada The Australian, Selasa (2/9/2012).
Walau begitu, Sukkarieh tidak terlalu peduli akan kedatangan Wilders dan yakin bahwa dia dimanapun akan memicu kebencian.
“Tidak peduli saat dia datang kesini, dia akan memicu kebencian dimanapun berada,” katanya.
“Apakah kita benar-benar butuh seseorang seperti itu di negara kita yang tidak akan mempengaruhi apapun menjadi lebih baik?,” tambahnya.
Wilders, pemimpin Partai Kebebasan (PVV), berkunjung ke Australia atas undangan Q Society, sebuah grup anti-Islam yang berkampanya “melawan Islamisasi di Australia”, untuk berpidato di Melbourne dan Sydney.
Awalnya aplikasi visa-nya ditangguhkan oleh pemerintah Australia karena takut kedatangan Wilders akan menimbulkan ketegangan dengan warga Muslim di tengah-tengah kemarahan terhadap film anti-Islam yang memicu demontrasi di berbagai negara, termasuk Australia.
Sejumlah politisi Australia pun sempat keberatan dan menolak kehadiran Wilders di negara mereka, karena paham betul Wilders selalu mengobarkan api kebencian terhadap umat Islam.
Tetapi Menteri Imigrasi Chris Bowen memutuskan pada hari Senin (1/9) untuk mengizinkan Wilders datang ke Australia, sebuah keputusan yang sulit.
“Ini adalah sebuah keputusan yang sulit” katanya kepada ABC News 24.
Tetapi meskipun telah diberi lampu hijau dari pemerintah Australia, Wilders menunda agendanya ke Australia hingga Februari mendatang.
Wilders sering memprovokasi dan melakukan tindakan yang menentang Islam dan kaum Muslimin, di antaranya dia telah menyerukan pelarangan Al-Qur’an, menganggap Kitab suci umat Islam tersebut adalah buku “fasis.”
Pada tahun 2008, Wilders merilis film dokumenter yang menuduh al-Qur’an sebagai pemicu kekerasan. (siraaj/arrahmah.com)