WASHINGTON (Arrahmah.com) – Gedung Putih meyakinkan pada Senin (7/1/2019) bahwa Presiden Donald Trump tidak mengubah pendiriannya tentang penarikan pasukan AS dari Suriah, sehari setelah penasihat keamanan nasionalnya menguraikan persyaratan untuk penarikan yang kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan, menurut laporan Reuters.
Bulan lalu, tiba-tiba Trump mengumumkan untuk membawa pulang sekitar 2.000 tentaranya di Suriah dan mengklaim telah menuntaskan misi untuk mengalahkan Daesh di sana, memicu kekhawatiran di antara para pejabat di Washington dan sekutu di luar negeri, serta mendorong Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah pejabat administrasi Trump menegaskan penarikan tidak akan terjadi dengan cepat. Presiden sendiri mengatakan minggu lalu bahwa Amerika Serikat akan keluar dari Suriah secara perlahan “selama periode waktu tertentu.”
“Presiden belum mengubah pendiriannya, karena dia menyebutkan tujuan utamanya adalah untuk memastikan keselamatan pasukan dan sekutu kami juga,” kata juru bicara Gedung Putih, Mercedes Schlapp, kepada Fox News, Senin (7/1). “Dan dengan demikian Departemen Pertahanan akan melanjutkan rencana operasionalnya untuk menarik pasukan kita dengan aman.”
“Butuh waktu untuk mengeluarkan pasukan karena kami ingin memastikan bahwa pasukan kami aman dalam proses ini,” tambahnya.
Trump dan Presiden Perancis Emmanuel Macron membahas komitmen kedua negara untuk menghancurkan Daesh dan “rencana penarikan pasukan AS dari Suriah yang kokoh dan terkoordinasi” selama panggilan telepon pada hari yang sama (7/1), kata Gedung Putih.
Pada Minggu (6/1), penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, menambahkan syarat baru bagi penarikan AS dari Suriah, dengan mengatakan Turki harus setuju untuk melindungi Kurdi, sekutu Amerika Serikat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan kepada CNBC pada Senin (7/1) bahwa penarikan Suriah adalah “perubahan taktik” tetapi menegaskan bahwa hal itu tidak mengubah komitmen AS untuk mengalahkan Daesh dan melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Saat ditanya soal reliabilitas Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk tidak menyerang Kurdi, Pompeo menuturkan, “Erdogan membuat komitmen kepada Presiden Trump bahwa mereka yang bertempur dengan pasukan AS melawan Daesh akan dilindungi.”
Dia mengatakan kepada CNBC bahwa Bolton mengunjungi Turki minggu ini “untuk melakukan percakapan dengan Turki” dalam rangka menyinergikan langkah kedua pihak sehubungan dengan penarikan pasukannya.
Erdogan memperingatkan dalam sebuah opini di New York Times pada Senin (7/1) bahwa penarikan AS dari Suriah harus direncanakan dengan hati-hati dan dengan mitra yang tepat. Presiden bersuara lantang itu menggarisbawahi bahwa Turki adalah satu-satunya negara “dengan kekuatan dan komitmen untuk melakukan tugas tersebut.” (Althaf/arrahmah.com)