GAZA (Arrahmah.com) – Bekas luka mental bagi korban perang Gaza yang berhasil selamat, Jehad Al Salibi, masih belum sembuh, begitu juga dengan luka-luka fisik yang dideritanya.
Al Salibi, yang kehilangan tangannya akibat serangan berutal roket “Israel” pada tahun 2009, masih menanggung derita yang tak terperikan.
Ddalam tubuhnya memiliki 30 keping serpihan peluru aluminium; dan patah tulang yang dideritanya telah menyebabkan kaki kanannya lebih pendek dari kaki kirinya dan dia juga menderita gangguan pendengaran ekstrim.
Menjalani kehidupan seperti ini bagi pria 25 tahun itu bukanlah pilihan.
Gulf News pertama kali melaporkan kasusnya pada awal bulan ini bersama dengan dimulainya serangan “Israel” di Gaza. Pada tahun 2009, Al Salibi dihantam roket “Israel” di Gaza saat mengendarai sepeda ke stasiun bensin untuk membeli gas memasak untuk ibunya.
“Lengan kiri saya diamputasi, dan sepotong besar pecahan peluru itu dikeluarkan dari bagian belakang otak saya. Prosedur ini membantu menyelamatkan hidup saya tapi seiring berlalunya, banyak masalah yang muncul.“
Dia mengatakan bahwa kehidupan sehari-harinya sebagai mahasiswa jurusan bisnis di Universitas Syari’ah dipengaruhi oleh ledakan itu hingga saat ini.
Al Salibi saat ini menderita gangguan pendengaran di telinga kirinya. Kaki kanannya lebih pendek dari kaki kirinya sekitar tiga sentimeter karena patah tulang dalam ledakan tersebut. Dia juga memiliki banyak luka bakar di kaki dan tangannya.
“Sekarang saya berjalan di sekitar kampus dengan pincang. Memiliki satu kaki lebih pendek dari yang lain, menyebabkan saya memiliki masalah punggung. Saya memakai satu sepatu dengan tumit yang lebih tinggi dari yang lain untuk membantu, tapi rasa sakit itu masih ada.”
Gangguan pendengaran juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari Al Salibi. Dia bilang dia harus duduk di meja barisan depan di kelas untuk mendengarkan perkuliahan dengan jelas. Orang-orang yang berbicara dengannya juga harus berdiri di sisi kanannya sehingga ia dapat mendengar dengan jelas.
Luka bakar dan pecahan peluru di tubuhnya masih membakar setiap kali air menyentuh kulitnya.
“Ketika saya pergi untuk melakukan sinar-X, semuanya menyala seperti pohon Natal karena serpihan pecahan peluru aluminium masih berada di dalam tubuh saya. Saya telah mengeluarkan pluru-peluru yang berada di permukaan, tapi ada sekitar 30 peluru yang berada lebih dalam yang masih tersisa, karena bisa lebih berbahaya mengeluarkannya daripada jika tetap berada ditubuh saya“.
Al Salibi mengatakan bahwa ia sangat berharap untuk bisa melanjutkan proses pengobatannya, tetapi dengan statusnya sebagai mahasiswa, ia tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukannya.
“Saya ingin menyelesaikan proses pengobatan saya, tapi itu terlalu mahal dan asuransi tidak menutupi biaya operasi besar tersebut.“
Ia bersyukur ia menerima pengobatan awal, katanya, berkat penguasa UEA dan Arab Saudi. Dan, insya Allah, akan ada lebih banyak bantuan untuk menyelesaikan pengobatannya.
Al Salibi, yang memiliki IPK 3,8, juga berharap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Mimpi saya adalah untuk melanjutkan pengobatan saya dan menerima beasiswa master dan doktor untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang lebih tinggi sehingga saya bisa kembali ke Gaza dan bermanfaat bagi negara saya. Saya berharap bisa mendapatkan bantuan sehingga saya bisa memenuhi mimpi ini.“
Semoga mimpi-mimpi Al-Salibi bisa menjadi kenyataan. Aamiin.
ameera/arrahmah.com)