GAZA (Arrahmah.id) – Rakyat Palestina di Gaza tengah menunggu dimulainya pelaksanaan gencatan senjata dalam waktu dekat, dengan harapan serangan udara dan pembantaian yang dilakukan pasukan pendudukan “Israel” selama 470 hari terakhir segera berakhir. Namun, Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, mengancam untuk tidak melaksanakan kesepakatan jika Hamas tidak menyerahkan daftar tahanan yang akan dibebaskan hari ini.
Kesepakatan tahap pertama yang berlangsung selama 6 minggu mencakup pembebasan 33 tahanan “Israel” di Gaza, sementara “Israel” akan membebaskan 737 tahanan Palestina. Proses pembebasan dijadwalkan mulai pukul 16:00 waktu Gaza (21:00 WIB), dengan rencana awal pembebasan 3 tahanan wanita “Israel” malam ini, diikuti oleh 30 tahanan Palestina untuk setiap tahanan “Israel” yang dibebaskan.
Menurut laporan yang dilansir dari Al-Jazeera, tentara “Israel” telah menarik pasukan mereka dari Kota Rafah menuju perbatasan dengan Mesir di Jalur Philadelphia. Radio militer “Israel” juga melaporkan bahwa Batalion 932 Brigade Nahal telah meninggalkan Gaza.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan bahwa gencatan senjata akan dimulai pukul 08:30 waktu setempat (13:30 WIB) pada Minggu (19/1/2025). Warga Gaza disarankan untuk tetap waspada dan mengikuti arahan resmi.
Pada hari pertama pelaksanaan kesepakatan, pasukan “Israel” akan menarik diri dari wilayah pemukiman di Gaza, penerbangan di atas Gaza akan dihentikan selama 12 jam, dan bantuan kemanusiaan berupa 600 truk per hari akan mulai mengalir ke Gaza.
Namun, ancaman dari pihak “Israel” masih terasa. Radio militer “Israel” menyebut Hamas belum menyerahkan daftar nama tahanan yang akan dibebaskan. Kantor Netanyahu menyatakan bahwa pelaksanaan gencatan senjata akan ditunda hingga daftar tersebut diterima.
Komitmen Hamas
Gerakan Hamas menegaskan komitmen mereka terhadap kesepakatan, meskipun terdapat kendala teknis di lapangan. Dilansir dari pernyataan resmi mereka, Hamas menyebut bahwa perlawanan rakyat Palestina telah memaksa “Israel” untuk menghentikan agresi dan menarik pasukannya. Hamas juga menekankan pentingnya segera mengakhiri blokade, memulihkan kehidupan masyarakat Gaza, dan mempercepat bantuan kemanusiaan serta rekonstruksi wilayah.
Tanggapan Amerika Serikat
Menurut laporan Axios yang, penasihat keamanan nasional Presiden terpilih Donald Trump berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan semua tahap kesepakatan Gaza. Bahkan, seorang pejabat tim transisi Trump menyatakan bahwa utusan khusus Timur Tengah akan hadir secara permanen untuk memastikan kesepakatan berjalan lancar.
Demonstrasi di “Israel”
Di sisi lain, “Israel” menghadapi protes dari kedua belah pihak. Di Tel Aviv dan Yerusalem, sejumlah warga mendukung kesepakatan pertukaran tahanan, sementara yang lain memprotes gencatan senjata. Demonstrasi ini mencerminkan ketegangan di kalangan masyarakat “Israel” terkait konflik Gaza.
Netanyahu dan Masa Depan Kesepakatan
Netanyahu menyebut bahwa tahap pertama kesepakatan adalah penghentian sementara pertempuran sebagai persiapan untuk tahap berikutnya. Ia juga menegaskan bahwa “Israel” akan tetap mengontrol Jalur Philadelphia, dengan peningkatan jumlah pasukan di wilayah tersebut.
(Samirmusa/arrahmah.id)