GAZA (Arrahmah.com) – Warga Palestina di Jalur Gaza mengatakan “Israel” telah sangat membatasi pasokan gas ke Jalur Gaza selama musim dingin tahun ini, menimbulkan gangguan besar untuk kehidupan bagi sebagian besar keluarga di Gaza dan memperburuk dampak cuaca dingin.
Tholfikar Sweirjo, anggota dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jumlah gas yang memasuki Gaza telah menurun setidaknya 50 persen sejak awal Desember.
“Orang-orang menderita, khususnya karena banyak mobil yang telah dikonversi untuk menggunakan gas sebagai pengganti bensin karena tingginya harga bensin,” ujarnya seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (13/1/2016).
Sweirjo menuduh otoritas “Israel” menyebabkan kekurangan gas ini untuk mengintensifkan tekanan terhadap Gaza dalam upaya untuk mendorong orang-orang melawan Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza.
Pernyataannya muncul seminggu setelah Pusat Media Internasional Timur Tengah mengutip pernyataan Muhammad Al-Abadaleh, juru bicara asosiasi pemilik stasiun bahan bakar dan gas di Gaza yang mengatakan: “Ini adalah minggu keempat sejak pemerintah ‘Israel’ sangat menurunkan pasokan gas untuk memasak untuk Jalur Gaza.”
Dia juga mengatakan jumlah gas yang diizinkan masuk ke wilayah Palestina hanya 15 persen dari yang biasa dibutuhkan.
Kementerian Energi “Israel” belum memberi tanggapan terkait informasi ini.
Ramy Abdu, direktur Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania yang berbasis di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa lebih dari 20 persen rumah tangga di Jalur Gaza tidak memiliki gas, serta rumah sakit dan sekolah.
“Biasanya kami menunggu beberapa hari untuk mendapatkan jatah gas kami, namun bagi banyak warga mereka telah menunggu selama berminggu-minggu. Kami berbicara mengenai kekurangan permanen selama musim dingin,” ungkapnya yang menambahkan bahwa beberapa restoran bahkan telah dipaksa untuk tutup.
Abdu mengatakan kekurangan listrik telah memperburuk krisis, karena orang-orang harus lebih mengandalkan gas.
“Telah ada penurunan pasokan listrik. Biasanya kami memiliki delapan sampai 10 jam listrik yang menyala selama satu hari dan kini hanya 4-8 jam.”
Dia juga mengatakan sektor pertanian Gaza sangat bergantung pada gas untuk menjalankan rumah kaca, terutama karena “Israel” menyemprotkan racun untuk menghancurkan tanaman.
“Selama 10 tahun terakhir, ‘Israel’ telah memberlakukan blokade yang telah membuat kehidupan warga Gaza sangat sengsara,” ujar Abdu. (haninmazaya/arrahmah.com)