Hari itu masih pagi benar, namun Samir telah memulai kerja kerasnya untuk membersihkan toko pakaian miliknya di Gaza.
Sedikit terkejut, beberapa menit setelah ia membuka tokonya, ia didatangi pelanggan pertama pada hari itu.
Gaza, berada dalam kumparan kehancuran dan rasa sakit, namun masih bertahan,” ujarnya seperti yang dilansir Islamonline.
Di wilayah yang dekat dengan perbatasan, selama 22 hari Israel melakukan agresinya dengan membombardir wilayah tersebut melalu udara, laut dan daratan. Penduduk Gaza dengan cepat mengambil apa yang dapat diraih tangannya.
Seperti halnya Samir, Hamed mengatakan gerobak kayu miliknya yang berisi sayur-sayuran dan buah-buahan tidak mengharapkan menemui pembelinya.
Namun, dalam waktu satu jam, semuanya laku terjual.
Masyarakat tertahan di dalam rumah-rumah mereka sendiri selama lebih dari tiga minggu dengan menahan lapar dan haus.
Delapanpuluh persen sekolah-sekolah di Gaza dihancurkan dalam serangan biadab zionis Israel. Kini, para siswa dan mahasiswa menunggu kepastian mengenai kelanjutan pendidikan mereka.
Membangun Kembali Gaza
“Kami akan membangun Gaza kembali. Tidak da seorang pun yang dapat menghentikan kami. Gaza akan kembali indah,” ujar salah seorang pegawai sipil yang sedang membersihkan puing-puing di jalan-jalan di Gaza.
Israel telah menghancurkan hampir 20.000 rumah, 30 Mesjid, 48 kantor pemerintahan, 31 pos polisi.
“Sekalipun kami kini tinggal di penampungan, mesin-mesin pembunuh Israel tidak akan mampu membunuh harapan kami untuk masa depan yang lebih baik.”
“Israel menghancurkan rumah-rumah kami, mesjid-mesjid kami, menghancurkan negeri kami, membantai saudara-saudara kami, tetapi itu semua tidak akan mampu menghancurkan semangat kami,” ujar Abu Sameh yang rumahnya telah diratakan dengan tanah oleh tentara zionis Israel.
“Gaza akan bangkit dari puing-puing. Kami tidak akan melemah. Ya, kami akan melakukannya.” (Hanin Mazaya/arrahmah.com)