JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekitar 100 pemuda dari Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa (Garda Bangsa) Partai Kebangkitan Bangsa menjalankan sholat ghaib di depan Kedubes Myanmar di Jakarta, Senin, untuk mendoakan etnis muslim Rohingya yang menjadi korban kekerasan di Myanmar.
Sholat ghaib di depan pintu masuk Kedubes Myanmar Jalan Agus Salim, Menteng, Jakpus, itu dilakukan sesaat setelah massa Garda Bangsa menggelar orasi mengutuk kekejian dan pembantaian etnis minoritas Rohingya oleh junta militer Myanmar.
Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa Hanif Dhakiri, mengatakan, pihaknya mendesak dihentikannya sesegera mungkin berbagai bentuk kekerasan terhadap etnis minoritas muslim Rohingya yang telah dianggap masyarakat Indonesia sebagai saudara seagama.
Dikemukakan Hanif bahwa semua bentuk kekerasan fisik, pengusiran maupun kekerasan simbolik yang dilakukan pemerintah Myanmar akan meningkatkan eskalasi politik dan mendatangkan tekanan dunia internasional hingga menghadirkan sanksi PBB dan sejumlah negara tetangga Myanmar.
“Ini justru merugikan bangsa Myanmar seluruhnya,” tegas Hanif yang juga anggota Fraksi PKB DPR RI itu seperti dilansir Antara.
Garda Bangsa, ujarnya lagi, juga meminta Pemerintah Myanmar agar membuka akses yang seluas-luasnya kepada semua pihak yang hendak mengetahui duduk masalah sebenarnya, termasuk pengusutan pelanggaran HAM, baik kepada minoritas Rohingya maupun pihak lain yang ingin memberikan bantuan kemanusiaan, kesehatan serta pendampingan pascakonflik.
“Kami juga mendesak pemerintah Myanmar mengusut tuntas dan menjatuhkan hukuman yang berat kepada semua pihak yang terindikasi melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM berat kepada minoritas Rohingya,” katanya.
Selain itu, Hanif mengingatkan pemerintah Myanmar agar adil, netral dan tidak berat sebelah. “Harus berorientasi pada penyelesaian secara adil, berprikemanusiaan dan berlandaskan pada nilai-nilai HAM,” katanya.
Lebih lanjut hanif menuturkan bahwa pihaknya meminta Pemerintah Myanmar agar belajar kepada bangsa Indonesia yang pernah mengalami konflik antarentis dan tirani mayoritas.
“Semuanya dapat diselesaikan dengan musyawarah, pendekatan sosio-budaya dan kemanusiaan. Sama sekali jauh dari pendekatan kekerasan maupun represif aparat keamanan,” paparnya.
Hanif juga menuturkan bahwa Indonesia sebagai negara yang besar punya posisi tawar tinggi di Asia dan sudah selayaknya mengkritisi sikap Myanmar.
“Garda Bangsa dan rakyat Indonesia mendukung demokrasi dan menolak diskriminasi, pembantaian dan pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya di Myanmar,” ujarnya.(bilal/arrahmah.com)