Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen
(Arrahmah.id) – Frasa “hamil tua” dalam judul di atas tentu bukan diarahkan untuk kembali membahas Erina Gudono (EG), istri Kaesang Pangarep (KP), anak Presiden Joko Widodo (JW) yang terciduk difasilitasi (baca: patut diduga gratifikasi) oleh COO SEA Limited Gang Ye, holding dari Shopee, Garena, FreeFire dan sebagainya yang juga sedang viral dan ditunggu keberanian KPK untuk mengusutnya itu, tetapi lebih kepada kondisi bangsa Indonesia yang baru saja merayakan hari jadinya ke-79 Agustus lalu.
Harap diingat kasus yang sangat kental ada Trading in Influence di atas terjadi katena GY banyak melakukan bisnis di Indonesia, terutama di Kota Solo tempat di mana Gibran Rakabuming Raka (GR) – anak JW sekaligus kakak KP, yang disebut-sebut “bukan Pejabat negara” itu – menjabat sebagai Wali Kota.
Jadi EG, KP sebagai bagian dari keluarga JW tidak usah GR kali ini artinya “Gede Rasa” dulu, karena sekarang tulisan tidak (atau hanya “belum”) membahas kasus private jet yang sangat cetho welo welo itu, namun justru mencermati ulah kkun di Kaskus bernama ” Fufufafa” yang semakin hari makin dibongkar identitas aslinya oleh netizen +62 dan kesemuanya sangat bisa dipastikan mengarah pada sosok GR, kakak KP yang juga merupakan anak dari JW sekaligus “Wakil Presiden terpilih” dalam Pemilu 2024 yang disebut-sebut sebagai Pemilu paling curang dalam sejarah politik di Indonesia kemarin.
Jadi udul kalimat “Ibu Pertiwi kembali Hamil Tua” ini sekali lagi mengingatkan kita kepada tulisan saya tertanggal 01 Februari 2024 lalu : “Ibu Pertiwi sedang Hamil Tua” yang menceritakan ketika Alm. H. Rosihan Anwar (10/5/1922 – 14/4/2011), seorang Sejarawan, Sastrawan, Budayawan dan Calon Anggota Konstituante (mewakili PSI asli alias Partai Sosialis Indonesia, bukan yang “Partai Salah Input”, menulis buku “Sebelum Prahara Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965” yang diterbitkan Penerbit Sinar Harapan tahun 1980.
Saat itu (sekitar 44 tahun lalu) saja masih banyak masyarakat yang terus terang belum benar-benar bisa memahami apa yang dirasakan oleh beliau dan rakyat Indonesia saat itu, karena ketika peristiwa aslinya terjadi menjelang G-30S/PKI tahun 1965 memang banyak generasi sekarang yang belum lahir, utamanya adalah millenial apalagi Gen-Z. Jadi ketika hari-hari ini masyarakat Indonesia kembali was-was akan bangkitnya “gerakan sejenis”, bukan G30S-PKI namanya terapi G22S-OWI, tentu masih banyak yang belum ngeh akan “Nogo Dino” alias “tanda-tanda alam semesta” yang merupakan persatuan dari 2 alam sebagaimana sering saya sebut “Manunggaling Kalih Jagat” dalam tulisan-tulisan sebelumnya.
Artinya kalimat “Ibu Pertiwi sedang Hamil Tua” yang disitir oleh Alm Rosihan Anwar tersebut sebenarnya berlatar belakang kondisi situasi politik saat itu (1965) di mana Anwar Sanusi (dari partai yang sekarang terlarang, PKl) dalam sambutannya pada penutupan Latihan Sukwan Bantuan Tempur BNI yang awalnya memang mengatakan “Kita sekarang berada dalam situasi di mana Ibu Pertiwi sedang dalam keadaan hamil tua. Sang Paraji, Sang Bidan sudah siap dengan segala alat yang diperlukan untuk menyelamatkan kelahiran Sang Bayi yang lama dinanti-nanti. Sang Bayi yang akan lahir dari kandungan Ibu Pertiwi itu adalah suatu kekuasaan politik yang sudah ditentukan dalam Manipol yaitu kekuasaan gotong-royong yang berporoskan Nasakom bersoko-guru buruh dan tani.”
Saat ini kondisi sosial-politik Indonesia memang belum bisa 100% disamakan dengan situasi saat itu, bahkan dimiripkan dengan kondisi hari-hari terakhir Orde Baru (Mei 1998), namun embrio-embrionya sudah mulai terasa di masyarakat. Kondisi ini bukan tidak mungkin akan membuat rakyat selaku the silent majority ikut bergerak bilamana memang kontraksi (bak bayi yang akan lahir) ini sudah terasa sampai ke pelosok negeri. Bagaimanapun juga gerakan rakyat – laksana “Manunggaling Kawula Gusti” – di Indonesia sudah terbukti ampuh untuk mengehentikan niat buruk (seperti yang barusan mau dilakukan Baleg DPR-RI sebagai pelaksana kekuatan jahat di belakangnya) ketika akan membegal Keputusan MK No. 60 dan No. 70 kemarin, bahkan bisa saja akan menurunkan rezim yang dirasa mulai melenceng oleh masyarakat dan hal tersebut tidak akan bisa dibendung bilamana “wis wayah-e” (Jw) yang artinya sudah waktunya menurut semesta.
Inilah yang terjadi pada kasus akun di Kaskus bernama Fufufafa yang sudah tidak sekadar trending topic di dalam negeri saja, namun sudah menjadi pemberitaan resmi di media-media mancanegara dan mostly mereka pun sudah cerdas untuk berkesimpulan sama dengan netizen +62 yang juga sudah saya pastikan juga, bahwa akun Fufufafa tersebut sulit dilepaskan lagi bahwa terkait sangat erat dengan akun-akun yang sudah dipastikan kepemilikannya sebelumnya, yakni Chilli_Pari, Raka Gnarly, @rkgbrn, @kaesangp hingga @jokowi. Terakhir bahkan sudah terungkap juga – meski oleh anonimus account – nomor HP yang selama ini dipakai oleh GR terbukti terhubung ke akun Fufufafa di Kaskus tersebut dan bahkan sudah dilakukan pengujian oleh banyak netizen termasuk media untuk membuktikan kesahihannya.
Kondisi tersebut saat ini meski sudah dilakukan upaya penghilangan barang bukti berupa upaya penghapusan sekitar 2.100 postingan dari sekitar 5.000-an sebelumnya yang mostly isinya ujaran kebencian, caci maki, celoteh bocah tidak bermoral alias kampungan dan cenderung porno, sampai-sampai ada seorang sekelas menteri yang seharusnya tupoksinya bukan soal itu, yakni Menkominfo Budi Arie Setiadi yang sudah “tidak malu pasang badan” dengan statemen-statemen konyolnya alias sangat tidak ilmiah, OmDo yang praktis tidak dipercaya oleh masyarakat. Terwelu.
Ini artinya sekarang sudah tidak perlu lagi pembuktian teknis lagi, karena secara sah dan meyakinkan sudah “cetho welo welo” bahwa akun di Kaskus bernama Fufufafa yang sangat viral karena ujaran kebenciannya – terutama kepada sosok Presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto beserta keluarganya, di samping juga kepada pihak lain seperti Pak SBY, mas Anies Baswedan, artis-artis ternama hingga partai – adalah benar sosok yang selama ini diungkap oleh para “Private Investigator” (bukan Private Jet) dari netizen +62 yang “Maha Benar karena Cuitannya”. Sangat sulit terbantahkan lagi secara ilmiah, kecuali ada pihak yang “dikorbankan” selaku kambing hitam atau sekadar pembelaan secara tidak ilmiah bahkan kampungan belaka.
Kesimpulannya, pelantikan Presiden dan pergantian rezim tunggal menghitung hari, ibarat ibu yang sedang mengandung sudah hampir mencapai usia di atas 8 bulan (sekali lagi ini bukan hanya sekadar boleh tidak naik pesawat), artinya sudah dalam kondisi hamil tua. Dalam situasi ini apa pun masih bisa terjadi, misalnya kelahiran prematur akibat keguguran sang bayi karena kondisi tertentu yang dialami oleh sang ibu yang mana bisa saja membahayakan bukan hanya bayi namun juga ibunya. Seandainya Ibu Pertiwi ini adalah yang digambarkan Alm Rosihan Anwar sebagai Tanah Air kita Indonesia, apakah bisa gara-gara ulah tidak terpuji si Fufufafa, kondisinya menjadi seperti deja vu, tahun 1965 atau 1998 silam? Tentu apa pun yang terjadi, kita tetap berharap lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, selamatkan rakyat dan negara Indonesia utamanya, tidak apa apa jika harus membongkar siapa di balik Fufufafa … AMBYAR.
Sabtu, 15 September 2024
(ameera/arrahmah.id)