TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Seorang wanita Yahudi Israel ditembak mati di sebuah pos pemeriksaan di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa (10/5/2023) setelah berlari ke arah seorang tentara dan berteriak “Allahu Akbar”.
Dilansir Middle East Eye (10/5), wanita Yahudi berusia 27 tahun itu diidentifikasi sebagai penduduk kota Be’er Sheva di Israel selatan dan dilaporkan memegang senjata airsoft. Dia juga diidentifikasi oleh kementerian pertahanan sebagai mantan tentara di tentara Israel.
Tentara mengatakan penyelidikan awal mengungkapkan bahwa wanita, yang berpakaian serba hitam, tiba di persimpangan Metzadot Yehuda dari arah pemukiman Beit Yatir di selatan Perbukitan Hebron.
Kementerian pertahanan mengatakan para penjaga “bereaksi dengan cepat dan menetralisirnya sebelum dia bisa melepaskan tembakan”.
Sebuah swafoto yang diambil sebelum kejadian menunjukkan wanita itu mengenakan niqab dan memegang sebuah pistol airsoft. Motif insiden tersebut masih belum jelas.
Namun dalam percakapan WhatsApp yang bocor, wanita muda itu sempat itu bertanya kepada seorang teman: “Jika seseorang ingin mati, seorang Yahudi biasa, seorang Israel, lalu mengenakan pakaian Arab, berlari dengan airsoft gun palsu menuju pos pemeriksaan di wilayah tersebut, terus berteriak ‘Allahu Akbar’ karena dia ingin mati, dan kemudian mereka hanya ditembak di kaki dan dia tetap hidup, apakah Anda [memasukkan] mereka ke dalam penjara untuk itu? Dan jika demikian, untuk berapa lama dan untuk biaya apa?”
Teman itu menjawab: “Apakah orang ini kamu?” Wanita itu berkata, “Mungkin, kita tidak akan pernah tahu,” menambahkan emoji mengangkat bahu.
Temannya itu kemudian memberi tahu polisi agar ada peringatan ke berbagai pos pemeriksaan di Tepi Barat, namun waktunya tidak tepat.
“Dia mengirimi saya foto dirinya mengenakan niqab dan foto pistol dan bertanya kepada saya apa yang akan terjadi jika dia hanya ditembak di kaki, saya tidak tahu apakah dia serius tapi saya katakan akan tetap melaporkan,” katanya kepada berita Channel 12.
“Dia mengatakan kepada saya bahwa dia berada di bus dan pergi ke pos pemeriksaan untuk melakukan serangan dan bunuh diri,” katanya.
“Saya bilang saya tidak akan mengambil risiko dan kemudian menelepon polisi. Saya mengirimi mereka (ket: polisi) foto yang dia kirimkan kepada saya satu setengah jam sebelum penyerangan,” tambahnya ke jaringan. (hanoum/arrahmah.id)