Oleh : Achmad Fathoni (Analis politik)
“Hari-hari yang ada adalah hari Umat Islam. Kebangkitan neo-komunisme menampakkan tanda-tandanya, dan mudah kita bendung. Namun yang sulit adalah menyingkirkan dominasi Amerika dan intervensi Cina yang mengendalikan negeri dan mengarahkannya ke arah yang dikehendakinya. Kapitalisme menuntun negeri menuju kehancuran negeri, yang menyebabkan penderitaan masyarakat yang luar biasa, membebani pundak kita dengan tumpukan permasalahan multidimensi. Dan Anda merasakan semua itu.” Umar Syarifudin, Lajnah Siyasiyah DPD HTI Jatim.
Sampai hari ini, kekhawatiran bangkitnya komunisme sangat sering dibahas berbagai segmen di tengah-tengah masyarakat. Hal itu ditandai dengan adanya simbul palu arit yg dipakai anak muda di beberapa daerah di tanah air beberapa waktu yang lalu. Menyusul beredarnya buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI” yang sempat menghebohkan banyak kalangan. Juga ada upaya mendesak pemerintah meminta maaf kepada keluarga korban G 30 S / PKI. Bahkan ada upaya mendesak MPR mencabut TAP MPRS yang mengatur pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam Komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambilalihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis. Logika ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar. Secara umum Komunisme berlandaskan pada teori Dialektika Materialisme dan Materialisme Historis sehingga tidak bersandar pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama. Jadi, tidak ada penanaman doktrin agama pada rakyat. Prinsip dalam Komunisme, “Agama adalah Candu” membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain yang dianggap tidak rasional dan keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).
Saat ini Cina yang menganut komunisme bisa menjadi contoh. Di Cina puluhan juta kaum Muslim Uighur mengalami penindasan dalam berbagai bentuk. Bahkan untuk sekadar menjalankan ibadah saja mereka dihalangi dan dilarang. Mereka dilarang menjalankan puasa Ramadhan. Pengajaran al-Quran kepada anak-anak dianggap merusak akal. Jika dalam hal ibadah saja kaum Muslim di sana ditindas, apalagi untuk hak-hak lainnya. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara berhaluan komunisme baik sekarang atau pada masa lalu. Jika PKI atau partai berhaluan komunisme bisa berkuasa atau mendominasi kekuasaan di negeri ini, maka kaum Muslim negeri ini akan menjadi korban pertama penindasan oleh mereka.
Tanda-Tanda Kebangkitannya
* Heboh foto-foto anggota TNI Kodim 0733 BS Semarang menayaksikan film senyap? Foto-foto nonton bareng tersebut pernah di unggah di situs milik komdam Diponegoro, http//komdam4.mil.id pada tanggal 3 Maret 2015 pada jam 8.08 pagi. Acaranya sendiri beralngsung pada 26 Februari 2015. Disebutkan dalam kanal berita situs tersebut seluruh anggota kodim 0733 BS Semarang nonton bareng film senyap di aula Makodim 0733 BS Semarang, dipimpin langsung Dandim 0733 BS Letnan Kolonel Infanteri M. Taufiq Zega. Setelah mendapatkan reaksi keras masyarakat, foto-foto tersebut akhirnya dihapus. Mengapa? Karena film tersebut dianggap sebagai promosi untuk membangkitkan PKI dan membersihkan dari berbagai kekerasan yang terjadi selama ini. Selain itu, film tersebut dianggap mengancam keutuhan NKRI dan menghasut untuk melupakan pembantaian yang dilakukan PKI di masa lalu.
* Foto Putri Indonesia 2015, Andindya Kusuma Putri memakai kaos bergambar PKI dengan alasan pemberian teman saat berkunjung di Vietnam.
* Di Madura, tepatnya di Pamekasan sempat muncul karnaval dengan mengenalkan tokoh-tokoh PKI dalam peringatan 17 Agustus lalu.
* Pameran buku di Frankrurt Jerman Nopember lalu yang menghabiskan dana 141 miliar juga tidak lepas dari isu gerakan kiri PKI. Komisi X dewan perwakilan rakyat (DPR) RI, Teguh Juwarno berencana memanggil menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan terkait keikutsertaan Indonesia dalam acara Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman menurutnya, selain menanyakan anggaran juga tentang konten yang ditampilkan lebih banyak membahas tentang revolusi di tahun 1965.
* Pengadilan Rakyat yang digelar di Kota Den Haag, Belanda dengan nama International Peoples Tribunal (IPT) pada 10-13 November 2015 dengan ketua Nursyahbani Katjasungkana. Lagi-lagi pengadilan tersebut menggiring Indonesia untuk meminta maaf karena dituduh telah melakukan pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh PKI. Reaksi datang dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon maupun Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Secara terbuka menyatakan pemerintah tidak seharusnya mendukung pengunkapan kembali kasus tahun 1965, karena berptensi menimbulkan konflikbaru. Sementara Nursyahbani sebagai ketua IPT menanggapi tudingan-tudingan tersebut, dengan mengatakan timnya berusaha menlobi pemerintah sejak bebearpa bulan terakhir. Ketua Pengacara IPT 1965, Todung Muylya Lubis juga sudah memberitahukan kegiatan di Den Haag tersebut kepada Menko Pulhakam Luhut Binsar Panjaitan. Menurutnya, kegiatan mereka setidaknya memperoleh persetujuan secara lisan.
* Satpol PP Kota Magelang mencopot tujuh spanduk ucapan ulang tahun PDI Perjuangan yang ke-43 karena dianggap memuat simbol yang menyerupai lambang organisasi terlarang. Lambang yang dimaksud adalah palu dan arit, dua simbol yang selama ini diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ideologi komunis. Adalah penulisan angka “4” dalam spanduk tersebut yang dipermasalahkan karena disainnya dinilai menyerupai palu dan arit. ”Angka 43 dibuat mirip dengan lambang yang cukup sensitif bagi masyarakat Kota Magelang dan juga Bangsa Indonesia, karena mengingatkan tragedi nasional tahun 1965. Angka 43 dibuat seperti lambang palu dan arit. Makanya terpaksa kita lepas,” kata Kasi Operasional Ketentraman dan Ketertiban (Tantrib) Satpol PP Magelang, Otros Trianto, Senin (25/1). Ketujuh spanduk tersebut didapat dari tiang reklame di Tugu Wolu, Karanggading (dua buah), RSUD Tidar, Balai Pelajar, Jalan Raden Saleh, dan Armada Estate. Dalam pencopotan tersebut pihak, Otros mengaku telah mendapat izin dari pihak Badan Kesbanglinmas juga persetujuan dari pengurus DPC PDIP Kota Magelang. Menurut dia, setelah dicermati ternyata angka 43 yang mengandung unsur gambar palu dan arit sangat kuat. Sehingga, untuk mencegah timbul keresahan pencopotan spanduk dinilai sebagai langkah terbaik. Saat ini, spanduk-spanduk tersebut disimpan di Kantor Satpol PP. ”Indikasi gambar palu dan arit sangat kuat. Ini sangat sensitif bagi masyarakat. Makanya kita copot dan kita amankan,” ujarnya. Otros lebih lanjut mengatakan, pihaknya sudah lama mendapat informasi terkait konten lambang organisasi terlarang itu dari intelijen Kodim 0705/Magelang. Namun baru sekarang bisa menindaknhya. ”Gambarnya sangat kuat. Kita hanya bisa koordinasi dengan Satpol PP dan Kesbanglimnas agar tidak terjadi keresahan masyarakat
* Lukisan yang menampilkan ratusan tokoh penting dalam perjalanan sejarah Indonesia di Terminal tiga Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta, akhirnya diturunkan karena menimbulkan polemik di masyarakat. IKLANPenyebabnya, ada sosok yang diyakini sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia, PKI, Dipa Nusantara Aidit di dalam lukisan berjudul #The Indonesia Idea karya perupa Galam Zulkifli tersebut.Semenjak dimunculkan di media sosial, timbul pro dan kontra di masyarakat terhadap sosok DN Aidit dalam lukisan tersebut, dan berujung ada tuntutan agar lukisan itu diturunkan.Dalam lukisan itu, gambar Aidit berukuran kecil jika dibandingkan tokoh NU Hasyim Asyarie dan tokoh Muhammadiyah Ahmad Dahlan.Mengapa ada kecurigaan dan ketakutan akan bangkitnya PKI?Lagu Genjer-Genjer, masa penjajahan Jepang dan stigma PKISensor dan pemberangusan di sekitar kita, sekarangSemula hanya ditutupi kain putih, pihak pengelola bandara Sukarno Hatta akhirnya memutuskan untuk menurunkan lukisan itu sejak Jumat (12/08) siang.”Karena (lukisan itu) dirasa menimbulkan macam-macam pengertian, persepsi, ya akhirnya diturunkan Jumat (12/08) kemarin,” kata Senior General Manager Bandara Soekarno Hatta, Muhammad Suriawan Wakan kepada BBC Indonesia, Sabtu (13/08) sore.Keterangan dari PT Angkasa Pura II menyebutkan, lukisan itu diturunkan sementara sampai ada penjelasan resmi dari kurator lukisan tersebut.’Ada pahlawan, ada pemberontak’Dihubungi wartawan, kurator lukisan tersebut, Chris Darmawan mengatakan dirinya tidak ada maksud politik atau niat apapun” untuk melukis sosok DN Aidit dalam lukisan besar tersebut.Menurutnya, semua tokoh yang pernah mewarnai jalannya sejarah Indonesia memang dimuat, terlepas apakah mereka dikategorikan pahlawan atau pemberontak. (https://beritasepuluh.com/2016/11/27/kebangkitan-pki-bukan-sekedar-isu/)
Untuk itu, kita Umat Islam harus mewaspadai fenomena kebangkitan komunisme tersebut. Bahkan kita harus melakukan perlawanan. Mengapa komunisme harus kita lawan?, paling tidak ada dua alasan. Pertama, ideologi komunisme berdasarkan paham atheisme, yang mengingkari penciptaan alam semesta oleh Dzat Yang Maha Pencipta. Ini bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua, ideologi komunisme mempunyai prinsip menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tentu saja prinsip itu sangat berbahaya bagi manusia beradab dan religius seperti negeri kita ini.
Sosialisme-komunisme adalah sebuah ideologi rusak yang patut diwaspadai. Memahami isu sosialisme sebagai ancaman tentu berbeda dengan memahami ideologi kapitalisme yang secara nyata telah menimbulkan kerusakan. Menguras seluruh energi untuk menyerang sosialisme-komunisme namun pada saat yang bersamaan mengesampingkan ancaman nyata ideologi kapitalisme akan menjadikan umat kehilangan energi dan prioritas amal. Apalagi jika ada upaya menggiring opini publik untuk menjadikan sosialisme-komunisme sebagai ancaman ekstrem kiri, sekaligus mengarahkan telunjuk dan moncong senapan untuk menyerang para pejuang penegak syariah Islam sebagai ancaman ekstrem kanan.
Euforia antipati dan reaksi perlawanan terhadap ideologi sosialisme-komunisme tidak boleh menggeser sedikitpun—meski hanya satu inci—arah dan posisi untuk siap menyerang ideologi kapitalisme dengan kekuatan penuh. Pada beberapa hal, kapitalisme-liberalisme dan sosialisme-komunisme berdiri berhadap-hadapan dan saling menyerang. Namun, ketika berbicara tentang Islam, kapitalisme dan sosialisme akan saling meniadakan perbedaan seraya bersatu-padu dan bahu-membahu untuk menyerang dan memerangi ideologi Islam dan para pengembannya.
Kita tidak boleh tergiur dan terpikat oleh ideologi sosialisme/komunisme. Sebab, ideologi ini selain sudah terbukti gagal, juga hanya akan mendatangkan kerusakan bagi umat manusia. Kita seharusnya fokus mewujudkan agenda kita sendiri, yaitu menerapkan syariah Islam secara menyeluruh di dalam naungan Khilafah Rasyidah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul saw dan dilanjutkan oleh para sahabat dan generasi kaum Muslim selainjutnya.
(*/arrahmah.com)